Kota Vatikan (ANTARA) - Paus Fransiskus berangkat menuju Mozambik, Rabu, untuk mendorong pencapaian perdamaian yang masih rapuh.

Kunjungan tersebut menjadi titik mulai perjalanan Paus ke tiga negara di Afrika yang juga akan membahas perubahan iklim, kemiskinan dan korupsi.

Negara bekas jajahan Portugal itu keluar dari peperangan sipil pada tahun 1992, setelah perang tersebut berlangsung selama 15 tahun. Namun, perjanjian gencatan senjata permanen baru ditandatangani oleh Presiden Filipe Nyusi dari partai Frelimo dan pimpinan partai oposisi Renamo, Ossufo Momade, pada bulan lalu.

Pemilihan umum dijadwalkan akan berlangsung pada bulan Oktober mendatang dan sejumlah pihak mengkhawatirkan kekerasan dapat muncul.

"Paus Fransiskus datang saat masyarakat Mozambik sedang berusaha menguatkan perdamaian," kata Manuela Muianga, seorang praktisi biologi dan pengelola bantuan bencana di Maputo, Ibu Kota Mozambik.

"Kami, umat Katolik, merasa dia adalah sosok visioner yang dapat membantu Mozambik menguatkan harapan dan membuat kami melupakan semua penyebab kami saling bermusuhan. Kekhawatiran terbesar adalah pertikaian antara kedua partai. Saya yakin dia akan membahas ini," katanya.

Baca juga: Paus berdoa bagi para migran yang meninggal kecelakaan di laut Tengah

Paus Fransiskus sempat menyatakan rasa khawatir dalam sebuah pesan video sebelum dia berangkat untuk perjalanan selama tujuh hari itu. Selain Mozambik, dia juga akan mengunjungi Madagaskar dan Mauritius.

Dia dijadwalkan untuk membahas perdamaian dengan para pemimpin di Mozambik dalam pertemuan yang akan diselenggarakan Kamis.

"Saya rasa Paus akan menyampaikan pesan yang kuat kepada para pemimpin terkait tanggung jawab mereka untuk mencapai perdamaian dan kerukunan, juga soal menghadapi akar konflik," kata perwakilan Layanan Bantuan Katolik di Mozambik, Erica Dahl-Bredine.

Perubahan iklim juga akan menjadi topik yang dibahas di Mozambik dan Madagaskar. Penggundulan hutan serta erosi tanah membuat Mozambik lebih rentan saat angin puting beliung melanda dua kali dalam tahun ini.

Dalam kunjungan keduanya ke kawasan selatan benua Afrika ini, Paus tidak dapat mengunjungi kota Beira karena kerusakan yang terjadi.

Menurut data Bank Dunia, Mozambik telah kehilangan delapan juta hektar lahan hutan sejak tahun 1970.

Para pendamping Paus mengatakan kunjungan tersebut menjadi kesempatan baginya untuk memperbaharui permintaan yang tertuang pada surat edaran Paus (surat ensiklik) "Laudato Si" pada tahun 2015 lalu tentang perlindungan lingkungan.

Baca juga: Donor janjikan 1,2 miliar dolar AS untuk bangun kembali Mozambik

"KEDARURATAN IKLIM"

Paus Fransiskus mengajak para pemerintah untuk melakukan langkah-langkah drastis dalam memerangi pemanasan global dan mengurangi penggunaan minyak fosil. Dia juga mengatakan saat ini dunia tengah menghadapi kedaruratan iklim.

Menurut laporan pusat riset agrikultur Prancis CIRAD, sekitar 44 persen hutan di Madagaskar telah hilang dalam kurun waktu 60 tahun terakhir. Bahaya lingkungan tersebut menjadi semakin parah karena 80 persen spesies hewan dan tumbuhan di hutan tersebut tak dapat dijumpai di bagian dunia yang lain.

Kemiskinan dan korupsi juga akan menjadi ancaman besar.

Menurut Program Pangan Global PBB (WFP), 80 persen dari sekitar 30 juta populasi Mozambik tidak mampu membayar harga terendah untuk makanan yang cukup.

WFP juga mengatakan lebih dari 90 persen dari 26 juta jiwa populasi Madagaskar hidup dengan kurang dari dua dolar AS (sekitar 29.000 rupiah) per hari dan kekurangan gizi di kalangan anak-anak menyebar luas.

Paus Fransiskus juga menyerukan distribusi kekayaan yang merata di antara negara-negara yang kaya dan berkembang, serta membela hak negara-negara untuk mengontrol sumber mineral mereka.

Dia mengecap korupsi sebagai "wabah yang paling menghancurkan" di masyarakat.

Mozambik dan Madagaskar berada dalam kelompok peringkat terbawah di Indeks Persepsi Korupsi dari organisasi Transparency International.

"Korupsi itu masalah besar. Banyak warga Mozambik yang sudah tak lagi percaya pada para pemimpin politik," kata Dahl-Bredine.

Baca juga: Paus Fransiskus seru komitmen global atasi kebakaran Amazon

Paus Fransiskus berkunjung selama delapan jam di Mauritius, sebuah pulau kecil di Laut India yang tergolong kaya jika dibandingkan dengan Madagaskar dan Mozambik.

Namun, para juru kampanye anti kemiskinan mengatakan perjanjian pajak Mauritius dan industri layanan keuangan memfasilitasi penghindaran pajak dan menguras pendapatan yang dibutuhkan dari negara-negara miskin.

Sumber: Reuters

Penerjemah: Aria Cindyara
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019