Jakarta (ANTARA) - Plt Direktur Utama PT PLN Sripeni Inten Cahyani menyatakan PLN telah mengadakan studi banding ke London, Inggris untuk mempelajari penanganan Blackout.

"Kami telah menghubungi manufaktur yang berhubungan dengan defense scheme, salah satunya studi banding sudah ke UK, London, bagaimana perbandingan sistem listrik di Jawa-Bali dengan di London," kata Sripeni saat RDP di Komisi VII, DPR, Senayan, Jakarta, Selasa.

Sripeni mengatakan pemilihan studi banding ke London dengan tujuan bahwa Inggris juga pernah mengalami peristiwa Blackout dari sistem jaringan listriknya.

Baca juga: Pasca"blackout", aset PLN kini dilindungi TNI

Pemadaman listrik di London tersebut, dijadikan PLN sebagai pembelajaran pemulihan jika terjadi peristiwa Blackout kembali, namun lebih dipelajari langka antisipasinya.

Selain itu, jaringan listrik Jawa-Bali juga dipelajari perbedaan serta kekurangan dan kelebihannya dengan yang ada di Inggris.

Selain itu, Plt Direktur Utama PT PLN Sripeni Inten Cahyani menyebutkan bahwa aset-aset baik jaringan dan pembangkit akan dalam pengawasan perlindungan TNI setelah peristiwa Blackout awal Agustus 2019.

Baca juga: 142 juta pelanggan PLN di Jawa Barat terdampak "blackout"

"Kami telah menandatangani kerja sama dengan TNI baik AD, AL dan AU untuk melindungi aset-aset PLN," kata Sripeni dalam kesempatan yang sama.

Pengamanan tersebut termasuk jaringan ROW 500 kv, 275 kv dan 150 kv yang menjadi andalan jaringan dari PLN.

Dalam pembicaraan bersama dengan Komisi VII DPR, hadir pula Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana.

Rapat dimulai sekitar pukul 15.30 wib dan dilaksanakan secara terbuka. Pembahasam pertama adalah mengenai penjelasan black out hingga bagaimana perbaikannya.

Selain itu pembahasan dilanjutkan dengan peningkatan program 35 ribu MW di seluruh Indonesia. Selain itu, Sripeni juga menjelaskan bahwa PLN melakukan beberapa perbaikan jalur jaringan di Jawa dan Bali.

Terkait dengan hasil penyelidikan penyebab Black out saat ini masih dalam penanganan oleh Bareskrim.

Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019