Batam (ANTARA) - Menteri Pariwisata Arif Yahya mengatakan penerapan kebijakan Hot Deals di Provinsi Kepulauan Riau terbukti mampu meningkatkan angka kunjungan wisatawan mancanegara ke Provinsi Kepulauan Riau.

"Pada 2018, angka kunjungan wisman ke Kepri tumbuh hingga 25 persen, menjadi 2,6 juta kunjungan. Dan salah satu pendorongnya adalah kebijakan Hot Deals," kata Menpar di Batam, Rabu.

"Meningkat 500 ribu," katanya.

Hot Deals merupakan kebijakan nasional, menggandeng pelaku usaha untuk memberikan potongan harga kepada wisman yang ingin berkunjung pada hari kerja.

Baca juga: Dikunjungi 1,13 juta wisman, Kepri salip Jakarta

Ia mengatakan, tingkat kunjungan wisman ke Kepri pada hari kerja menurun drastis, dibanding akhir pekan. Karena program Hot Deals dijalankan.

"Hot Deals memberikan potongan harga ketika 'low season'," kata dia.

Menurut dia, program pemberian potongan harga itu tidak merugikan pelaku usaha. Karena biaya tetap harus terus dikeluarkan saat hari kerja, meskipun kunjungan wisman minim.

Baca juga: Asita: 100.000 wisman kunjungi Batam pada akhir pekan tengah Agustus

"Dari pada kosong dan 'fix cost' tetap di sana," kata dia.

Selain Hot Deals, Menteri menyatakan program unggulan lain di Kepri adalah menjadikan Singapura dan Malaysia sebagai 'hub' untuk menjaring wisman ke provinsi yang berbatasan dengan 4 negara itu.

Setiap tahunnya kunjungan wisman ke Singapura tinggi. Dengan program itu, maka diharapkan pelancong dari negara lain yang datang ke Negara Singa dan Malaysia dapat melanjutkan perjalanan ke Batam dan daerah lain di Kepri.

"Ibaratnya, menjaring di kolam ikannya orang. Ini di Kepri sangat cocok," kata dia.

Ia mengatakan pemerintah pusat memang memberikan perhatian lebih kepada Kepri, karena mampu menyumbang kunjungan wisman terbesar ketiga di Indonesia setelah Bali serta Jakarta dan sekitarnya.

"Kunjungan ke Kepri 2,6 juta. Angka itu tinggi sekali, Yogyakarta hanya 125.000 Karena itu pemerintah memberikan perhatian lebih ke Kepri," kata dia.

Pewarta: Yuniati Jannatun Naim
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019