Denpasar (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tampaknya mengagumi tradisi Bali yang tetap kokoh dan lestari di tengah-tengah masyarakat, seperti ngaben massal, prosesi ritual untuk menghormati para leluhur. Kekaguman presiden tersebut ditunjukkan ketika berbaur dengan puluhan ribu masyarakat yang menyemut di sepanjang jalan raya Desa Adat Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Rabu. Kepala Negara yang didampingi Nyonya Ani Yudhoyono serta Menteri Komunikasi dan Informatika Mohammad Nuh, menyempatkan diri menemui dan menyalami keluarga dari leluhur yang diikutkan dalam pengabenan massal tersebut. Upacara pengabenan massal itu melibatkan 139 kerangka jenazah, termasuk "sawa" atau jiwa Guru Nyoman Santi, ayahnda Menbudpar Jero Wacik, yang meninggal dalam usia 94 tahun, 1,5 tahun silam. Presiden SBY yang berbaur dengan masyarakat tampak memberi semangat terhadap warga masyarakat yang ditinggalkan oleh anggota keluarganya untuk tetap tegar dan mampu melestarikan tradisi yang diwarisi selama ini. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik mengatakan, Presiden SBY menyukai hal-hal yang berbau kerakyatan dan sangat mencintai rakyat kecil, terlebih yang mampu mempertahankan tradisi yang dikaitkan dengan kepercyaan masyarakat setempat. "Tidak hanya di Bali. Presiden dan Ny Ani Yudhoyono kerap mengunjungi `pesta-pesta rakyat` yang berlangsung di berbagai daerah lain di Indonesia," ujar Menbudpar Jero Wacik. Ke-139 kerangka jenazah yang disimboliskan dalam bentuk "sekah", setelah dibakar abunya dihanyutkan ke laut lewat sungai terdekat. Presiden SBY selesai menyaksikan pengabenan massal di Desa Batur, Kintamani, kembali ke Istana Tampaksiring, Kabupaten Gianyar.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008