Biaya pembuatan pun lebih murah dari EWS yang lain
Bantul (ANTARA) - Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Pundong, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta memasang alat deteksi tanah longsor di wilayah pedukuhan Blali, Desa Seloharjo Pundong guna membantu masyarakat setempat dalam mengetahui tanda-tanda longsor.

"Di Desa Seloharjo ini ada wilayah yang rawan tanah longsor, bahkan tahun kemarin ada longsor yang mungkin bisa terjadi longsor lagi di tahun ini, makanya kami koordinasi dengan desa untuk memasang alat deteksi tanah longsor," kata Kepala SMKN 1 Pundong Sutopo di Bantul, Rabu.

Alat deteksi tanah longsor itu merupakan karya tiga siswa SMKN 1 Pundong dengan bimbingan seorang guru. Alat dipasang di tebing bukit yang pada Rabu (23/10) ini dilakukan serah terima kepada masyarakat disaksikan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul.

Menurut dia, alat deteksi tanah longsor tersebut diciptakan siswa dengan teknologi sederhana, yang mana cara kerjanya akan mengeluarkan bunyi jika ada fenomena rekahan tanah 25 cm di sekitar alat tersebut, sehingga bunyi tersebut bisa sebagai sistem peringatan dini.

"Jangkauan alat hingga 100 meter, apabila ada rekahan tanah 25 cm alat akan bunyi sebagai peringatan, sehingga warga bisa waspada. Dan kalau tanah merekah 50 cm, maka alat berbunyi makin keras dan warga bisa evakuasi mandiri ke sekolah," katanya.

Baca juga: Satu meninggal, dua belum ditemukan akibat longsor di Bantul
Baca juga: BNPB minta tetap waspadai banjir dan longsor di Yogyakarta


Dia mengatakan, pemasangan alat deteksi tanah longsor ini harapannya bisa membantu masyarakat yang tinggal di daerah rawan longsor mengetahui tanda-tanda bahaya tersebut, terlebih akan memasuki musim hujan yang dapat memicu terjadi pergerakan tanah dan berakibat longsor.

Pada tahun lalu, kata dia, sekolahnya lewat karya siswanya juga memasang alat deteksi banjir, dan tahun ini deteksi tanah longsor.

 "Ini sebagai bentuk pengabdian sekolah kepada masyarakat setempat dan berkontribusi bagi upaya pengurangan risiko bencana di wilayah Bantul," katanya.

Ia menjelaskan, komponen dari alat ini makro, sehingga kalau ada kerusakan menggantinya lebih mudah, komponen bisa dicari di toko-toko.

"Biaya pembuatan pun lebih murah dari EWS (early warning system) yang lain," kata salah satu siswa pencipta alat tersebut.

Adapun tiga siswa SMKN 1 Pundong Bantul tersebut adalah Naufal Rafiq warga Kaligondang Bambanglipuro, kemudian Agus Prakoso warga Selopamioro Imogiri dan Renaldi Defitra warga Tirtomulyo, Kretek.

Baca juga: BPBD Banjarnegara terus berkomitmen kembangkan alat deteksi longsor
Baca juga: Alat canggih untuk deteksi longsorBaca juga: LIPI rancang alat deteksi dini longsor

Pewarta: Hery Sidik
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019