Pekanbaru (ANTARA) - Gubernur Riau Syamsuar menyatakan bahwa status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau berakhir pada 31 Oktober, tidak diperpanjang karena kondisi sudah jauh membaik.

"Mudah-mudahan tidak ada api lagi sampai November nanti," kata Syamsuar kepada wartawan di Pekanbaru, Kamis.

Satuan Tugas (Satgas) Karhutla Riau menggelar rapat evaluasi penanggulangan kebakaran hutan dan lahan pada 30 Oktober di Pekanbaru dan memutuskan bahwa status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan tidak perlu diperpanjang.

Status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan Riau ditetapkan sejak 19 Februari 2019 dan berlangsung selama sekitar selama sembilan bulan.

Syamsuar selaku Komandan Satgas Karhutla Riau menyatakan bahwa meski status siaga darurat tidak diperpanjang, namun satuan tugas tidak dibubarkan.

Satgas di tingkat provinsi dan kabupaten/kota diharapkan fokus menjalankan upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan, terutama melakukan sosialisasi agar warga tidak lagi membuka lahan dengan membakar.

"Satgasnya tetap jalan tidak berhenti," kata Syamsuar.

Berdasarkan di situs Sipongi milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau selama 2019 mencakup area seluas 75.871 hektare (ha), jauh lebih luas dibandingkan cakupan karhutla tahun sebelumnya.

Tahun 2017 dan 2018 kebakaran hutan dan lahan di Riau berturut-turut mencakup area seluas 6.866 ha dan 37.236 ha.

Kebakaran hutan dan lahan di Riau tahun ini menimbulkan kabut asap yang menurunkan kualitas udara ke tingkat membahayakan pada September.

Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana menunjukkan, hingga akhir September 2019 jumlah penderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) akibat kabut asap di Riau mencapai 275.793 orang.

Selain itu, kebakaran hutan dan lahan di Riau pada pertengahan September juga menelan korban jiwa, menyebabkan seorang kakek berusia 69 tahun meninggal dunia di Kecamatan Keritang, Kabupaten Indragiri Hilir.

Asap kebakaran hutan dan lahan di Riau juga sempat mencapai Singapura dan Malaysia, membuat Presiden Joko Widodo turun ke daerah berjuluk Bumi Lancang Kuning itu pada pertengahan September dan menegur pemerintah daerah yang dinilai kurang mendukung upaya penanganan karhutla sehingga kebakaran meluas.

“Pasukan kita tambahkan. Tetapi sekali lagi, kalau tidak ada dukungan Pemda, ini adalah pekerjaan besar yang sulit diselesaikan. Pengalaman kita tahun-tahun sebelumnya seperti itu. Kuncinya di pencegahan, jangan sampai ada titik api muncul,” kata Presiden dalam rapat terbatas di Kota Pekanbaru pada 16 September.

Baca juga:
Polda Riau sudah tetapkan 70 tersangka kasus kebakaran hutan-lahan
Konflik gajah Sumatera di Riau meningkat akibat kebakaran Tesso Nilo

Pewarta: FB Anggoro
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019