Ambon (ANTARA) - Gempa dengan magnitudo 5,0 yang terjadi di Laut Seram, Maluku, Selasa pukul 01.25 WIT, mendorong warga jazirah Huamual Muka di Pulau Seram, Kabupaten Seram Bagian Barat, mengungsi.

Warga Desa Ariate di jazirah Huamual Muka, Tin Manait, mengatakan bahwa warga pesisir yang masih trauma akibat gempa dengan magnitudo 6,5 pada 26 September 2019 berlarian ke arah perbukitan saat merasakan getaran gempa Selasa dini hari.

"Warga berlarian ke perbukitan di belakang gereja karena takut tsunami," kata Tin Manait saat dihubungi dari Ambon.

"Jadi mereka menempati rumah-rumah yang sebelumnya telah dibangun di kebun-kebun masyarakat dengan harapan tidak ada lagi gempa susulan," kata Tin, menambahkan warga yang masih mengungsi kebanyakan anak-anak dan warga lanjut usia.

La Jaimu, Warga Dusun Katapang di jazirah Huamual Muka, menuturkan bahwa saat merasakan getaran gempa warga di sekitarnya juga berlarian ke kawasan perbukitan.

Menurut dia, warga masih trauma dengan gempa-gempa susulan setelah gempa 26 September yang dampaknya terasa di Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku Tengah, dan Kota Ambon.

Kepala Kepala seksi Data dan Informasi BMKG Pusat Gempa Regional IX Ambon Andi Azhar Rusdin mengatakan bahwa gempa bumi tektonik dengan magnitudo 5,0 yang terjadi di Laut Seram pada Selasa pukul 01.25 WIT tidak berpotensi menimbulkan tsunami.

Menurut dia, episenter gempa itu berada di laut pada kedalaman 13 km di koordinat 2.88 LS dan 127.79 BT, sekitar 48 km arah barat laut Kota Piru, Kabupaten Seram Bagian Barat. ​​

Berdasarkan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi itu termasuk gempa dangkal akibat aktivitas sesar lokal.

"Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut, dan hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami," kata Andi.

Baca juga:
Gempa magnitudo 5,0 di Laut Seram tidak berpotensi tsunami
Maluku Tengah dan Seram Bagian Barat perpanjang status tanggap darurat

 

Pewarta: Alex Sariwating
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019