Kupang (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi El Tari menjelaskan, angin puting beliung yang terjadi di Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT) dipicu fenomena skala regional hingga lokal meteorologi.

"Puting beliung yang terjadi di Rote Ndao disebabkan adanya awan konvektif yang dipicu fenomena skala regional hingga skala lokal, seperti anomali suhu muka laut dan pola angin," kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi El Tari, Agung Sudiono Abadi, di Kupang, Jumat.

Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan penyebab bencana angin puting beliung yang terjadi di Dusun Nggelak, Desa Meoain, Kecamatan Rote Barat Daya, Kabupaten Rote Ndao pada Kamis, (5/12).

Angin puting beliung yang terjadi di Rote Ndao itu, menyebabkan sejumlah rumah warga mengalami kerusakan, serta melukai seorang warga.

Menurut dia, kesimpulan yang dikeluarkan BMKG tersebut setelah melakukan analisa terkait cuaca ekstrem yang terjadi di wilayah Rote Ndao.

"Kami telah melakukan analisa data angin dan curah hujan di lokasi kejadian, analisis sea surface temperature (SST) secara umum, analisis Madden Julian Oscillation (MJO), analisis pola angin dan citra satelit cuaca," katanya.

Baca juga: Angin kencang merusak 63 rumah di Rote Ndao

Baca juga: Satu tewas karena angin kencang di Jember

Baca juga: BMKG Juanda ingatkan wilayah Mojokerto diterpa angin kencang

 
Kepala BMKG Stasiun Meteorologi El Tari, Agung Sudiono Abadi. (ANTARA/Bernadus Tokan)

Hasil analisa Sea Surface Temperature (SST) misalnya, untuk wilayah Nusa Tenggara Timur, khususnya sekitar Pulau Rote menunjukkan, nilai suhu muka laut berkisar 30 - 320 C, dengan anomali +1.25 hingga +1.750 C terhadap normalnya.

Kondisi ini meningkatkan potensi pembentukan awan-awan konvektif di wilayah Kabupaten Rote Ndao dan sekitarnya.

Sementara Madden Julian Oscillation (MJO) berada pada kuadran dua (Indian Ocean) netral, yang berarti tidak mempengaruhi pembentukan awan hujan di Indonesia.

Sedangkan hasil analisa pola angin menunjukkan, terdapat daerah konvergensi yang memanjang dari Pulau Rote hingga Pulau Timor, sehingga massa udara berkumpul dan mendukung pertumbuhan awan-awan konvektif di wilayah tersebut.

"Dari citra satelit cuaca sendiri, adanya awan konvektif di wilayah Rote Barat Daya pada pukul 04.00 - 04.40 UTC, ditandai dengan awan dengan suhu puncak awan diatas -60 °C yang diinterpretasikan sebagai awan konvektif," katanya.

Dari hasil analisis inilah BMKG berkesimpulan bahwa puting beliung yang terjadi di Dusun Nggelak, Desa Meoain, Kecamatan Rote Barat Daya, Kabupaten Rote Ndao disebabkan adanya awan konvektif yang dipicu dari fenomena skala regional hingga skala lokal meteorologi, katanya menjelaskan*

Baca juga: Angin puting beliung rusak bangunan dan lukai warga di Ngawi

Baca juga: Angin puting beliung hantam pasar tradisional Sampit

Baca juga: BPBD: 60 rumah rusak akibat angin kencang di Jember

Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019