Khartoum (ANTARA) - Sudan memiliki 5.000 pasukan yang beroperasi di Yaman, jumlah tersebut turun dari 15.000 pasukan, kata Perdana Menteri Abdalla Hamdok pada Minggu, menambahkan bahwa ia yakin tidak ada potensi solusi militer.

Setibanya dari Washington, Hamdock mengatakan tidak ada pembahasan soal penarikan pasukan selama kunjungannya.

"Mengenai Yaman kami katakan bahwa tidak ada solusi militer dan harus ada sebuah solusi politik," kata Hamdok kepada awak media di bandara Khartoum.

Pasukan Sudan dikerahkan sebagai bagian dari aliansi pimpinan Saudi, yang mengintervensi Yaman pada 2015 untuk melawan kelompok al Houthi yang menguasai ibu kota.
Baca juga: 217 orang tewas di kota pelabuhan Yaman kendati ada gencatan senjata
Konflik tersebut dilihat secara luas sebagai perang proksi antara Arab Saudi dan Iran. Al Houthi, yang mengendalikan sebagian besar pusat kota, mengaku pihaknya sedang memerangi sistem korup.

Riyadh menggelar pembicaraan informal soal gencatan senjata dengan al Houthi sejak akhir September, menurut sejumlah sumber, saat pihaknya berupaya keluar dari perang tak populer setelah mitra koalisi utama mereka Uni Emirat Arab membawa pulang pasukannya.

Perang selama empat tahun telah menewaskan puluhan ribu orang dan mendorong jutaan orang lainnya ke ambang kelaparan.

Sumber: Reuters
Baca juga: Yaman Kutuk Keputusan ICC Soal Presiden Sudan
Baca juga: Sumber: Oposisi Sudan calonkan Abdalla Hamdok sebagai perdana menteri

Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019