untuk lebih detailnya harus perlu dikaji lebih lanjut
Denpasar (ANTARA) - Tiga daerah di Bali, diantaranya Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng, Perancak Kabupaten Jembrana dan Tanjung Benoa Badung berpotensi untuk terjadi likuefaksi.

"Bali memang daerah termasuk ada potensi terutama di daerah Selatan di Tanjung Benoa, dan di Utara ada Seririt, Buleleng yang ternyata dari analisa yang dilakukan oleh Badan Geologi memiliki potensi likuefaksi dan kerentanan untuk lebih detailnya harus perlu dikaji lebih lanjut," kata anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia Provinsi Bali, Ida Bagus Oka Agastya di Denpasar, Jumat malam.

Ia mengatakan bahwa penyebab utama suatu terjadinya likuefaksi pada suatu daerah yaitu pada daerah tersebut pernah terjadi gempa dan berpotensi adanya patahan cukup besar.

Baca juga: BPBD ungkap potensi likuefaksi di radius 500 meter dari Pantai Padang
Baca juga: BNPB: Pergerakan tanah tambang di Kalimantan Utara bukan likuefaksi


Sebelumnya, untuk daerah Perancak Kabupaten Jembrana, dari sisi kesejarahan tidak terjadi gempa berskala besar dan tidak dekat dengan patahan.

Sedangkan menurut sejarah pusat gempa dan pola-pola patahan menunjukkan sinkronisasi di bagian Seririt pada tahun 1976 dengan gempa 6,5 M, dan di Selat Bali juga punya patahan aktif tahun 2004 dengan gempa 5,3 M.

Selain itu, untuk daerah-daerah rawan atau strategis terjadinya likuefaksi di Bali, menurutnya cukup sulit ditemukan karena Bali termasuk padat wilayah apalagi daerah Selatan.

"Karena setelah kita tahu daerah tersebut rentan ya tentu kita nggak mungkin langsung memindahkan tapi kita sadar dengan adanya potensi ini minimal kita paham apa yang harus dilakukan untuk memitigasi ini," jelasnya.

Ia menegaskan berdasarkan data dari Badan Geologi dalam sejarah di Bali belum pernah terjadi likuefaksi ini. Pihaknya berharap agar likuefaksi tidak terjadi di Bali hingga meninggalkan banyak korban.

Baca juga: Viral di medsos tanah longsor mirip "likuifaksi" Kaltara
Baca juga: Kerentanan Likuefaksi dijadikan pedoman rencana tata ruang

Ia menjelaskan bahwa saat ini IAGI Bali sedang melakukan penelitian terhadap pola-pola patahan agar dapat mengetahui potensi-potensi bencana yang dapat terjadi.

Bagian-bagian yang menjadi penelitian dari terkait dengan potensi likuefaksi yaitu intensitas terjadinya gempa, besaran gempa, dari segi batuannya dan beberapa temuan ilmiah lainnya.

Baca juga: Setahun bencana Sulteng - Akademisi luncurkan buku
Baca juga: Dampak likuefaksi, 450 hektare sawah Parigi Moutong jadi lahan jagung

Pewarta: Ayu Khania Pranishita
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019