Jakarta (ANTARA) - Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) merekomendasikan kepada PT Pertamina (Persero) untuk membangun kilang minyak yang terintegrasi dengan industri petrokimia.

Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB), Ahmad Safrudin di Jakarta, Senin, mengatakan dengan adanya kilang terintegrasi tersebut maka bisa menekan impor BBM, sebab kualitas bahan bakar nantinya akan lebih baik.

Diadopsinya biofuel B30 dan BE10 dinilai Ahmad, belum bisa maksimal dalam melepaskan diri dari kebutuhan impor BBM, sebab secara kuantitas dan kualitas dari keseluruhan kilang Pertamina masih terkonsentrasi untuk bahan bakar fosil.

Di sisi lain buruknya kualitas BBM telah berdampak pada pencemaran udara dan emisi rumah kaca di berbagai kota yang diikuti oleh dampak kesehatan, ekonomi dan sosial.

Baca juga: Jokowi targetkan kilang Petrokimia TPPI selesai 3 tahun

Imbas dari masih buruknya kualitas BBM di Indonesia adalah menjadi lambat penyerapan teknologi untuk meningkatkan standar emisi taraf internasional. Dari kualitas kilang tersebut menurut Ahmad, bisa dijadikan patokan dalam penetapan harga.

Sebelumnya, Pertamina menyasar peluang pasar Rp50 triliun dengan mengembangkan area kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, menjadi pusat industri petrokimia yang terintegrasi dengan kilang nasional.

Nicke Widyawati selaku Dirut Pertamina menyatakan peluang pasar bisnis petrokimia di Indonesia sekitar Rp40 - 50 triliun per tahun. Selain itu, bisnis petrokimia mempunyai margin lebih tinggi dibanding BBM.

"Pembangunan komplek industri petrokimia akan lebih menjamin keberlanjutan bisnis perseroan, karena sesuai dengan tren bisnis masa depan," ujar Nicke.

Baca juga: Kadin Indonesia sambut positif kilang Pertamina hasilkan petrokimia

Pembangunan industri petrokimia, lanjut Nicke, juga akan lebih efisien karena diintegrasikan dengan kilang, sehingga produk samping petrokimia dapat dimanfaatkan kembali oleh kilang baik untuk bahan bakar kilang itu sendiri maupun dapat menjadi produk BBM.

"Infrastruktur penunjang dan utilitas dapat juga dimanfaatkan secara bersama-sama dengan menurunkan biaya energi hingga 10 persen dan biaya personel turun 10 persen sehingga biaya operasional turun sampai 15 persen," imbuh Nicke.

Langkah mengintegrasikan kilang TPPI untuk pengembangan industri petrokimia dilakukan Pertamina dengan melakukan aksi korporasi pembelian saham seri B Tuban Petro yang merupakan induk usaha TPPI, senilai Rp 3,1 triliun, sehingga Pertamina saat ini menguasai saham mayoritas 51 persen.

Baca juga: Presiden Jokowi akan tinjau kilang petrokimia di Tuban
Baca juga: Gapasdap menilai penerapan B30 kurang signifikan kurangi impor BBM

Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019