Pulau Punjung, (ANTARA) - Tradisi "Bakawu Adat" masyarakat Nagari (Desa Adat) Sikabau, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, masih bertahan sebagai sarana silaturahim dan bentuk syukur atas nikmat dan rezeki yang diberikan sang pencipta.

"Bakawu adat rutin dilakukan setiap tahun. Tradisi ini sudah dilaksanakan oleh leluhur Sikabau sejak ratusan tahun lalu," kata Wali Nagari (Kepala Desa Adat) Sikabau, Kecamatan Pulau Punjung, Abdul Razak di Pulau Punjung, Selasa.

Ia mengatakan dalam tradisi yang masih lestari itu, masyarakat berziarah ke Makam Datuak Gadang Tuanku Dauli Sikabau yang merupakan leluhur penggagas berdirinya Nagari Sikabau atau disebut masyarakat leluhur "cancang latiah".

Baca juga: LKAAM : Penamaan rumah makan ekstrem tidak sesuai dengan adat Minang

Baca juga: Pakaian adat Minang-Tionghoa-India dikenakan petugas TPS di Padang


Leluhur cancang latiah adalah leluhur yang dulunya mencarikan tanah yang datar, tanah yang dingin, atau tempat yang bagus untuk bercocok tanam serta untuk menjalankan aktivitas kehidupan sosial seperti saat ini.

"Hadirnya masyarakat hari ini sebagai bentuk syukur serta menghargai jasa leluhur dengan berziarah lalu memanjakan doa agar selalu diberi kesehatan dan kemudahan ke depannya," ujarnya.

Ia mengatakan tradisi bakawu adat dilaksanakan setelah musim panen padi. Jika ditarik pada zaman dahulu, apabila musim panen datang, masyarakat memasuki hari-hari bersantai sekaligus pertanda Bulan Suci Ramadan akan tiba.

Ia menyebutkan setelah Idul Fitri atau sebelum Idul Adha akan kembali menggelar "Bakawu Ompiang" sebagai tanda masyarakat akan memulai aktivitas bercocok tanam kembali.

"Dalam tradisi ini kaum kanduang atau ibu-ibu membawa rantang untuk makan bersama, kemudian dilanjutkan dengan acara panjat pinang," kata dia.

Sementara, Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Kerajaan mengapresiasi tradisi bakawu adat yang masih lestari di tengah derasnya arus perkembangan global.

"Saya berharap tradisi ini dirawat dan dijaga. Kami minta disini peran ninik mamak, tokoh muda dan masyarakat sama-sama menjaga ini," kata dia.

Ia mengajak tradisi bakawu adat dapat dimaknai masyarakat sebagai semangat menjaga alam semesta seperti yang diwariskan oleh leluhur Sikabau dahulu.

"Tradisi ini adalah tradisi masyarakat Dharmasraya juga yang dilakukan di nagari-nagari tuo atau tua lainya dengan bentuk kegiatan yang hampir sama," kata dia.

Pewarta: Mario Sofia Nasution
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020