Jakarta (ANTARA) - Pendidikan merupakan salah satu hak asasi manusia yang seharusnya bisa dinikmati oleh segenap warga negara Indonesia, tanpa kecuali.

Pasal 31 konstitusi negara ini telah mengamanatkan bahwa negara harus hadir dan memberi perhatian khusus pada dunia pendidikan di Indonesia. Bahkan dalam salah satu ayat di pasal tersebut ditekankan bahwa pemerintah wajib mengalokasikan 20 persen anggaran APBN untuk pendidikan.

Atas amanat konstitusi ini, pemerintah berupaya membuktikan komitmennya menyisihkan anggaran dalam porsi jumbo itu, namun entah mengapa potret pendidikan di Indonesia masih jauh dari harapan semua orang.

Kesenjangan di dunia pendidikan, baik dalam hal sarana dan prasarana, akses, mutu pendidikannya hingga ketersediaan tenaga pengajar yang memadai, masih sangat lebar antara satu daerah dengan daerah lainnya di Tanah Air.

Demikian pula jika melongok pada wajah pendidikan di wilayah-wilayah terpencil, terluar atau di daerah-daerah perbatasan, seperti halnya di Merauke yang langsung berhadapan dengan Papua New Guinea (PNG).

SD YPK Sota, Distrik Sota, Merauke, yang sebagian besar murid-muridnya bermukim di distrik perbatasan RI dengan PNG, menjadi contoh betapa beragam keterbatasan tidak menjadi penghalang berlangsungnya proses belajar dan mengajar di sana.

Ruangan-ruangan seadanya yang terkadang hanya beralas tikar tanpa kursi dan meja sebagaimana layaknya kelas-kelas di sebuah sekolah serta murid-murid tanpa alas kaki dan seragamnya menjadi pemandangan lumrah setiap hari ketika proses belajar mengajar di mulai pada pagi hari.

Kesederhanaan pun tercermin dalam pola pikir anak-anak Distrik Sota, Merauke, yang belajar di sekolah itu. Sebagian besar mereka kelak hanya ingin menjadi guru atau tentara, dua profesi yang sering mereka lihat dalam kehidupan sehari-harinya.

Memang di sekolah itu, sejumlah anggota TNI dari Korem 174/ATW Merauke bersama personil Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas RI-PNG) Batalyon Mekanis (Yonmek) 411/Pandawa, Jawa Tengah, yang saat ini bertugas menjaga perbatasan, telah berinisiatif memberdayakan masyarakat setempat melalui dunia pendidikan, khususnya anak-anak usia SD.

Baca juga: TNI gunakan truk antarkan siswa sekolah di perbatasan RI-PNG

Baca juga: Lima sekolah di perbatasan Indonesia-Filipina diresmikan Wamen PUPR

Baca juga: Askrindo bantu pemerintah tingkatkan kualitas SDM di wilayah 3T



Prajurit mengajar

Para prajurit TNI itu menjadi guru bagi anak-anak Distrik Sota karena minimnya tenaga pengajar di daerah tersebut, tanpa melalaikan kewajiban utama mereka menjaga kedaulatan negara di perbatasan dengan PNG.

Guru yang seharusnya mengajar di satu-satunya SD di Distrik Sota itu sebagian diantaranya tinggal di Kota Merauke yang berjarak 80 kilometer dari Distrik Sota. Apabila ditempuh dengan kendaraan, memakan waktu sekitar 2 jam.

Selain mata pelajaran umum yang biasa disampaikan untuk murid-murid sekolah dasar, prajurit TNI ini menyisipi pula budaya untuk hidup bersih dan sehat. Misalnya saja mereka memberikan contoh bagaimana cara cuci tangan atau sikat gigi yang baik dan benar, serta berolah raga secara rutin demi menjaga kesehatan baik fisik maupun mentalnya.

Sementara itu, dengan sumber daya dan dana yang sangat terbatas, para prajurit TNI ini secara bertahap melengkapi buku-buku pelajaran dan ilmu pengetahuan lainnya melalui pengadaan perpustakaan keliling.

Buku-buku untuk perpustakaan keliling ini dikumpulkan oleh para prajurit dari kesatuannya atau dari sumbangan-sumbangan kerabat mereka di Jawa Tengah dan kemudian dikirimkan ke Merauke, Papua.
 
Dua orang prajurit TNI membantu seorang anak SD YPK Sota, Distrik Sota, Merauke, memilih buku yang ingin dibacanya dari perpustakaan keliling sumbangan Satgas Pamtas RI-PNG (ANTARA/Serka M. Arif Prasetyo/Junaydi S)


“Membaca adalah jendela dunia. Karena dengan membaca buku akan menambah luas pengetahuan, wawasan dan juga diharapkan untuk hiburan bagi anak-anak ini,” kata Mayor Inf. Riski Aditya, Komandan Yonmek 411/Pandawa.

Baca juga: TNI di perbatasan bantu pembuatan kelengkapan sekolah

Baca juga: Anak-anak di perbatasan lebih memilih sekolah ke Malaysia

Baca juga: Sekolah di wilayah perbatasan peringati Hari Kesaktian Pancasila



Pustaka keliling

Suka cita anak-anak SD YPK Sota pun membuncah tatkala menyambut hadirnya perpustakaan keliling dengan aneka buku bacaan yang datang ke sekolah mereka, juga di Distrik Sota, untuk pertama kalinya itu.

“Terima kasih bapak-bapak TNI telah singgah di sekolah kami. Senang rasanya ada mobil pintar datang. Ini adalah pertama kali. Kami senang banyak buku bacaannya,” ucap Arnold, salah satu anak yang bersekolah di sana.

Selain buku-buku, para prajurit TNI penjaga perbatasan negara ini juga berupaya menyumbang perlengkapan bersekolah, seperti pakaian seragam, sepatu dan atribut sekolah lainnya, kepada para murid-murid SD tersebut.

Pemberian seragam ini kian menambah ceria wajah anak-anak SD di Distrik Sota karena selama ini mereka jarang mengenakan seragam saat berangkat ke sekolah. Seragam warna merah dan putih yang senada dengan bendera Indonesia ini diharapkan bisa memupuk rasa nasionalisme mereka sejak dini.

Secara perlahan, namun pasti, rasa tidak percaya diri anak-anak Distrik Sota, Merauke, untuk bermimpi besar dan bercita-cita tinggi mulai memudar. Mereka punya potensi yang sama seperti anak-anak yang ada di daerah lainnya di seluruh Tanah Air.

Bagi para prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Pamtas Distrik Sota, Merauke, berkontribusi positif untuk masyarakat di tempat mereka menjalankan tugas merupakan sebentuk pengabdian kepada Ibu Pertiwi, disamping tugas pokok menjaga keutuhan wilayah NKRI.

Inisiatif pemberdayaan masyarakat perbatasan, khususnya di bidang pendidikan oleh TNI untuk anak-anak usia SD di Distrik Sota, Merauke, diharapkan bisa menumbuhkan semangat calon-calon generasi penerus itu untuk menggapai kehidupan yang lebih baik di masa depan.*

Baca juga: Warga perbatasan hibahkan lahan demi pendidikan anak-anaknya

Baca juga: Mendikbud diminta perhatikan laboratorium dan tunjangan khusus guru di perbatasan

Baca juga: TNI ikut mengajar di SD perbatasan Papua

Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020