Penting diperhatikan mereka yang menyatakan akan mudik dari hasil survei ini
Jakarta (ANTARA) - Direktur Riset Lembaga Survei Katadata Insight Center (KIC) Mulya Amri mengatakan sebanyak 12 persen responden survei memilih mengabaikan imbauan Pemerintah untuk tidak mudik dalam survei daring KIC tentang perilaku mudik yang berlangsung pada 29 sampai dengan 30 Maret 2020.

Mulya menambahkan, mengingat jumlah pemudik tahun lalu sebesar 18,3 juta orang, maka diperkirakan pada tahun 2020 potensi pemudik mencapai tiga juta orang.

"Jadi penting diperhatikan mereka yang menyatakan akan mudik dari hasil survei ini," ujar Mulya berdasarkan pernyataan yang diterima di Jakarta, Senin.

Pemerintah telah membuat imbauan bagi masyarakat untuk menahan arus mudik tahun ini supaya penyebaran Virus Corona tidak semakin meluas ke daerah-daerah.
Baca juga: Kemenhub: Mudik belum dilarang, tapi potensi larangan ada


Untuk itu, KIC menggelar survei daring guna mengungkap profil masyarakat yang berpotensi nekat mudik mengabaikan imbauan Pemerintah itu.

Profil calon pemudik tersebut tercermin dari hasil survei tentang perilaku mudik KIC tersebut yang dirilis di Jakarta, Senin.

"Survei terhadap 2.437 responden pengguna internet di seluruh provinsi di Indonesia itu mencatat mayoritas responden sebesar 63 persen tidak akan mudik pada Lebaran tahun ini. Namun, masih ada 12 persen responden menyatakan ingin mudik, 21 persen belum mengambil keputusan, dan 4 persen lainnya lebih dahulu pulang kampung," kata Mulya.

Survei mengungkap masyarakat berpendapatan menengah-rendah dan kaum muda berusia 17-29 tahun berpotensi mendominasi calon pemudik Lebaran bulan Mei nanti.

Hampir semua responden yang ingin pulang kampung itu menjawab jika dirinya memiliki kerabat atau keluarga usia di atas 45 tahun.

"Dari 12 persen yang berencana mudik, terbanyak adalah karyawan swasta (35,6 persen) dan PNS/ASN (23,4 persen). Hampir 50 persen responden berstatus Sosial Ekonomi (Social Economy Status/SES) C, D, E atau pendapatan menengah-rendah," kata Mulya lagi.

Analisis lebih mendalam menunjukkan jenis kelamin, usia, dan tingkat pendapatan mempengaruhi hasrat mudik. Mereka yang berjenis kelamin laki-laki, berusia muda, dan berpenghasilan menengah-rendah (SES C, D, E) cenderung memilih tetap mudik, sudah mudik duluan, atau belum memutuskan mudik.

Dari sisi usia, yang terbanyak akan mudik kelompok usia 17-29 tahun (44,5 persen). Sisanya 30-40 tahun (33,5 persen), 41-50 tahun (18,1 persen) dan 51 tahun ke atas (3,9 persen). Sedangkan dari sisi jenis kelamin, laki-laki lebih dominan ingin mudik dibanding perempuan (62,6 persen) dibanding perempuan (37,4 persen). Hampir 50 persen responden yang tetap akan mudik meski sedang pandemi beralasan rindu pada kampung halaman dan keluarganya (47,2 persen). Sedangkan 39,3 persen yakin dirinya negatif Corona, dan 16,9 persen yakin tak akan menularkan Corona.
Baca juga: Politik kemarin, Presiden larang mudik hingga Satgas COVID-19 DPR

Gelombang mudik atau pulang kampung sebenarnya dimulai sejak kasus pertama pandemi COVID-19 di Indonesia (1-5 Maret 2020 lalu). Tercatat sebanyak 34,1 persen dari partisipan pulang duluan pada pekan itu.


Kemudian meningkat tajam saat Pemerintah mengeluarkan seruan pembatasan aktivitas sosial di luar rumah (social distancing) pada 16-20 Maret 2020.

Mayoritas mereka yang pulang duluan berstatus pelajar/mahasiswa (39,4 persen) diikuti oleh karyawan swasta (23,1 persen).

Namun, menurut Mulya, motif masyarakat yang pulang kampung duluan berbeda dengan yang bakal mudik menjelang Lebaran nanti.

Selain itu, survei ini juga menemukan pekerja sektor informal, seperti pedagang kecil, penjaga toko, pekerja dan pemilik warung makan juga sudah mudik duluan. Hasil survei juga menunjukkan, hampir separuh calon pemudik berencana menggunakan kendaraan pribadi (47,3 persen).

Sedangkan persentase yang menggunakan transportasi umum, yaitu pesawat terbang (24,2 persen), dan sisanya kereta api, bus, mobil travel, dan sebagainya.

Calon pemudik menuju ke Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Yogyakarta. Di Jawa Tengah dan Jawa Barat, pergerakan mudik juga berasal dari kabupaten/kota di dalam provinsi.


Mulya mengatakan profil dan faktor yang mempengaruhi mudik dapat jadi masukan bagi pemerintah untuk menahan laju orang yang berpindah dari “red zone” Corona ke wilayah lain.

"Temuan bahwa laki-laki dan kaum muda cenderung ingin mudik atau belum memutuskan, serta yang berpenghasilan menengah ke bawah, bisa digunakan untuk merumuskan strategi," kata dia.

Survei daring mengenai perilaku mudik itu dilakukan KIC pada 29-30 Maret 2020, terhadap 2.437 responden di semua provinsi, dari kelompok usia 17-29 tahun (37,8 persen), 30-40 tahun (30,3 persen), 41-50 tahun (24,0 persen), 51-60 tahun (6,7 persen), dan di atas 60 tahun (1,2 persen).

Perbandingan jenis kelamin perempuan dan laki-laki 53 berbanding 47 (53:47). Dari segi status sosial ekonomi (SES), responden terbanyak memiliki status C, D, E (42,6 persen), disusul A (33,0 persen), dan B (24,4 persen).
Baca juga: Kemarin, larangan mudik ASN hingga kekayaan Wagub DKI terpilih

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2020