Jakarta (ANTARA) - Menjaga bayi badak yang tak punya orangtua adalah kerja keras: kau memberinya botol susu sepanjang waktu, menenangkan mereka saat ketakutan dan melewati malam panjang ketika mereka berteriak mencari induk yang mereka lihat mati ditembak pemburu liar.

"Bayi yang lebih tua lebih terpukul. Mereka memanggil-manggil induk selama hingga dua pekan," kata Yolande van der Merwe (38) yang membuat panti asuhan badak pertama di dunia di Limpopo, Afrika Selatan, hampir satu dekade lalu.

"Mereka mulai menangis dan itu benar-benar membuat hatimu sedih."

Untuk membantu mengelola panti asuhan - "kami bisa membuat shift 72 jam dengan waktu tidur dua hingga tiga jam" kata van der Merwe- mereka mengandalkan para sukarelawan yang terbang dari luar negeri dalam rotasi tiga bulan.

Baca juga: Nadia, harimau di Kebun Binatang Bronx, AS kena corona

Baca juga: Penjaga dan hewan saling menemani di kebun binatang yang sepi


Jadi, ketika virus corona melanda dan tiga visa sukarelawan asing dicabut, panti asuhan ini kewalahan.

"Saya khawatir kami tak bisa mengatasinya," kata dia, setelah Kolisi dan Amelia, bayi badak berusia tujuh dan empat bulan, menyeruput susu formula yang ia berikan.

Manajer dan pendiri panti asuhan, Arrie van Deventer (66), mencari bantuan kepada orang-orang di Afrika Selatan lewat telepon dan media sosial.

"Kami kebanjiran sukarelawan," kata dia. Dua orang sukarelawan akhirnya dipilih dari ratusan calon. Mereka kini tinggal bersama empat staf permanen sejak karantina wilayah diberlakukan di sana.

Deidre Rosenbahn (37) adalah koki restoran di Inggris selama 14 tahun, lalu ia melancong ke Australia, tapi ingin pulang kampung.

"Saya kembali saat muncul virus corona. Sulit sekali mencari kerja, jadi saya langsung mengambil kesempatan ketika pekerjaan ini muncul," kata dia sembari memberi susu Mapimpi, bayi badak termuda.

Pemburu liar membunuh ibu Mapimpi ketika badak itu baru berusia tujuh hari. Kini dia dehidrasi dan muram, mereka menemukannya sedang mencoba memakan pasir. Kini Mapimpi mendapat makan yang cukup, santai dan suka bermain-main. Pada umur lima tahun, para badak di panti asuhan dilepasliarkan.

"Kami sudah kedatangan puluhan ekor badak, dan 95 persen datang akibat pandemi perburuan liar," kata Deventer.

Lokasi pasti suaka ini betul-betul dirahasiakan untuk melindungi mereka dari pemburu liar.

Populasi badak Afrika turun drastis selama beberapa dekade belakangan karena ada peningkatan permintaan cula badak untuk hiasan dan obat di Asia Timur.

Baca juga: Kebun Binatang Bandung tutup hingga 29 Mei 2020

Baca juga: Kebun binatang ditutup, panda raksasa di Moskow kangen manusia

Baca juga: Nama berbau corona diusulkan untuk penghuni baru kebun binatang

Penerjemah: Nanien Yuniar
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020