krisis COVID-19 harus menjadi musuh bersama bangsa Indonesia
Bandung (ANTARA) - Sekolah Bisnis Manajemen (SBM) Institut Teknologi Bandung (ITB) meluncurkan Center for Policy and Public Management atau Pusat Penelitian Kebijakan dan Manajemen Publik.

“SBM ITB telah 17 tahun hadir di masyarakat. Dengan adanya center ini, SBM ITB akan turut memberikan kontribusi dalam perumusan kebijakan publik dan tata kelola pemerintahan melalui pendekatan manajemen,” ujar Direktur Center for Policy and Public Management, Dr Yudo Anggoro, Kamis.

Yudo menjelaskan, peluncuran pusat penelitian ditandai dengan webinar Policy Analysis in the Crisis atau Analisis Kebijakan di Tengah Krisis.

Acara yang diikuti sekitar 250 peserta ini menghadirkan beberapa pembicara dengan keynote speaker Prof Kuntoro Mangkusubroto, Pendiri SBM ITB yang juga Board of Advisor of Center for Policy and Public Management.

Kuntoro menyampaikan pengalamannya dalam memimpin rekonstruksi dan rehabilitasi Aceh pasca-tsunami 2004 lalu.

“Ada tujuh pelajaran yang dapat diambil oleh pengambil kebijakan dalam masa krisis seperti yang terjadi dalam masa pandemic COVID-19 kali ini,” ungkap Kuntoro.

Baca juga: Indonesia butuh panel ahli untuk penanganan krisis COVID-19
Baca juga: Seruan perlindungan alam di tengah krisis COVID-19


Pertama, koordinasi institusi yang cepat dan responsif dalam penanggulangan bencana. Kedua, sense of crisis yang harus dijaga oleh pengambil kebijakan. Ketiga, prioritas pada penanggulangan bencana.
Keempat identifikasi donor jika dibutuhkan.

Kemudian, kelima, prinsip integritas dan akuntabilitas harus ditegakkan. Keenam, tim yang berpengalaman dan memiliki kepemimpinan kuat. Ketujuh, komunikasi yang jelas dan konsisten dengan seluruh institusi yang terlibat.

Wakil Dekan Akademik SBM ITB, Prof Utomo Sarjono Putro, menyampaikan idenya dalam mengelola kebijakan dalam masa krisis melalui pendekatan ilmu sistem.

Dalam pendekatan sistem, sebuah krisis akan dipandang sebagai sebuah sistem yang kompleks. Pengambil kebijakan pun perlu memiliki kemampuan berpikir sistem untuk memahami kompleksitas permasalahan yang tengah dihadapi.

“Setiap pengambil kebijakan akan bisa melihat krisis menurut subyektivitasnya, dengan menentukan konteks permasalahan yang sesuai. Dengan demikian, kompleksitas permasalahan dapat disederhanakan ke dalam beberapa kategori,” imbuhnya.

Baca juga: DPR: Sudah saatnya pemerintah bentuk pusat krisis virus corona
Baca juga: Presiden: Manajemen pengelolaan beras kunci antisipasi krisis pangan


Pembicara lainnya, Pengajar SBM ITB sekaligus mantan CEO Transjakarta, Dr Agung Wicaksono menawarkan analisis pendekatan skenario sebagai pendekatan holistik untuk merencanakan masa depan. Terutama, dalam situasi krisis seperti sekarang yang diwarnai dengan banyaknya ketidakpastian.

“Dengan scenario planning, kita bisa menyusun kisah-kisah kemungkinan yang terjadi di Indonesia pasca COVID-19 untuk perencanaan masa depan,” tuturnya.

Namun yang terpenting dari proses scenario planning adalah menyatukan kembali berbagai elemen bangsa, terutama yang selama ini terpolarisasi. "Tantangan krisis COVID-19 harus menjadi musuh bersama bangsa Indonesia," katanya.

Baca juga: Pakar: Perlu antisipasi krisis pangan di tengah pandemi COVID-19
Baca juga: Konsultan sebut tiga skenario krisis mungkin terjadi akibat COVID-19
Baca juga: Masyarakat perlu pemahaman krisis COVID-19, kata sosiolog

 

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020