Jakarta (ANTARA) - Sebuah penelitian Badan Anti-Doping Dunia (WADA) yang diumumkan Kamis menyatakan bahwa tidak ada kaitan yang berarti antara seorang atlet yang mendapatkan fasilitas Pengecualian Penggunaan Terapi (TUE) dan memenangi medali Olimpiade.

Bintang tenis AS, Serena dan Venus Williams, serta juara senam Olimpiade dan juara dunia Simone Biles adalah beberapa atlet yang telah menggunakan TUE, izin khusus menggunakan zat yang dilarang untuk keperluan medis.

Data medis WADA mereka, termasuk penggunaan TUE, diungkapkan kepada publik oleh seorang peretas pada tahun 2016.

Baca juga: WADA rilis panduan pengecekan doping yang baru terkait COVID-19

Studi WADA memeriksa atlet dengan TUE di Olimpiade Musim Panas Rio 2012 dan London 2016 dan Olimpiade Musim Dingin Vancouver 2010, Sochi 2014 dan Pyeongchang 2018 untuk melihat apakah atlet dengan TUE memenangi medali lebih banyak daripada yang tidak.

"Jumlah atlet yang bersaing dengan TUE yang valid (dalam kompetisi individu) di Olimpiade yang dipilih kurang dari satu persen," kata direktur medis WADA, Dr. Alan Vernec, seperti dilansir AFP, Kamis.

"Analisis menunjukkan tidak ada hubungan yang berarti antara TUE dan kemungkinan memenangi medali.

"Hasil penelitian ini memberikan data objektif untuk menghilangkan beberapa kesalahpahaman dan kesesatan di sekitar TUE."

Biles mengatakan pada 2016 bahwa dia telah minum obat sejak kecil untuk Attention Deficit Hyperactivity Disorder.

Serena Williams mempertahankan penggunaan TUE-nya pada tahun 2018, dengan mengatakan bahwa dia secara teratur menggunakannya, tetapi "Saya tidak pernah, akan pernah mengambil keuntungan daripada orang lain. Saya bukan seperti itu."

Baca juga: China tak hormati WADA karena masukkan Sun Yang ke Pelatnas

Atlet mendapat TUE hanya setelah proses peninjauan dan evaluasi oleh panel dokter tentang relevansi medis dari pemohon. WADA dan organisasi anti-doping lainnya kemudian melakukan evaluasi lebih lanjut.

"Program TUE adalah bagian penting dari olahraga, yang memungkinkan para atlet dengan kondisi medis yang sah untuk berkompetisi di lapangan yang sama," kata Vernec.

"Ini mendapat sambutan luar biasa dari para atlet, dokter, dan pemangku kepentingan anti-doping dan ada proses ketat untuk menghindari penyalahgunaan sistem."

Para peneliti menghitung rasio risiko untuk kemungkinan memenangi medali dengan dan tanpa TUE dan disesuaikan dengan fakta bahwa atlet dari negara-negara dengan sumber daya yang lebih besar mungkin menghasilkan kinerja yang lebih baik karena faktor-faktor lain.

Ada 181 pengguna TUE di antara 20.139 atlet yang memenangi 21 dari 2.062 medali yang diberikan, 0,9% secara keseluruhan. Rasio untuk memperoleh medali dengan TUE adalah 1,13 dibandingkan dengan rasio risiko 1,07 yang disesuaikan.

Baca juga: Rusia dilarang tampil dalam Olimpiade dan kejuaraan dunia
 

Pewarta: Teguh Handoko
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2020