Pasar kemungkinan dalam waktu dekat akan memusatkan perhatian pada pertemuan 'OPEC+' pada 9 dan 10 Juni
New York (ANTARA) - Harga minyak berjangka jatuh pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB) setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan ia sedang bekerja pada respons yang kuat terhadap undang-undang keamanan yang diusulkan China di Hong Kong dan ketika beberapa pedagang meragukan komitmen Rusia untuk pengurangan produksi yang dalam.

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli turun 1,54 dolar AS atau 4,5 persen, menjadi menetap pada 32,81 dolar AS per barel. Sementara itu minyak mentah Brent untuk pengiriman Juli turun 1,43 dolar AS atau 4,6 persen menjadi ditutup pada 34,74 dolar AS per barel.

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman setuju selama pembicaraan melalui telepon untuk "koordinasi erat" lebih lanjut tentang pembatasan produksi minyak, kata Kremlin.

Namun banyak yang merasa Rusia mengirimkan sinyal beragam menjelang pertemuan dalam waktu kurang dari dua minggu antara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya.

Kelompok yang dikenal sebagai OPEC+ ini memangkas produksi hampir 10 juta barel per hari (bph) pada Mei dan Juni.

"Kedengarannya hebat di atas kertas, tetapi pasar menahan kegembiraan sampai kita mendapatkan beberapa rincian lebih lanjut tentang apakah akan ada pemotongan, berapa banyak barel akan dipotong dan lamanya pemotongan," kata Analis Senior Price Futures Group, Phil Flynn.

Sementara itu ketegangan antara Amerika Serikat dan China terus meningkat setelah China mengumumkan rencana untuk memberlakukan undang-undang keamanan nasional baru di Hong Kong, memicu protes di jalan-jalan.

Baca juga: Harga minyak naik, dipicu pemangkasan pasokan dan pelonggaran lockdown

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan dia telah menyatakan bahwa Hong Kong tidak lagi memerlukan perlakuan khusus berdasarkan hukum AS, pukulan terhadap statusnya sebagai pusat keuangan utama.

Prospek suram atas dampak ekonomi pandemi juga membebani minyak mentah. Para ekonom memperkirakan dua juta orang Amerika mengajukan aplikasi awal untuk asuransi pengangguran minggu lalu. Departemen Tenaga Kerja AS akan melaporkan pada Kamis.

"Pengurangan surplus minyak mentah domestik yang besar sekitar 47 juta barel sedang berjalan pada kecepatan yang jauh lebih lambat daripada penurunan produksi karena penyuling ragu-ragu dalam meningkatkan kegiatan," kata Presiden Ritterbusch dan Associates, Jim Ritterbusch di Galena, Illinois, dalam sebuah laporan.

Ekonomi zona euro mungkin akan menyusut antara 8-12 persen tahun ini, Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde memperingatkan hasilnya akan antara sedang dan berat.

Persediaan minyak mentah, bensin, dan sulingan AS semuanya naik, data dari kelompok industri American Petroleum Institute menunjukkan pada Rabu (27/5/2020). Sementara Badan Informasi Energi AS akan merilis data persediaannya pada Kamis.

Dalam tanda lain permintaan bahan bakar yang lemah, kilang Jepang beroperasi hanya dengan 56,1 persen dari kapasitas minggu lalu, terendah sejak setidaknya 2005.

"Pasar kemungkinan dalam waktu dekat akan memusatkan perhatian pada pertemuan 'OPEC+' pada 9 dan 10 Juni," kata Analis Energi Commerzbank Research, Eugen Weinberg, dalam sebuah catatan pada Rabu (27/5/2020).

"Sampai sekarang, posisi dua peserta terkemuka sangat berbeda: Arab Saudi ingin mempertahankan pemotongan yang berlaku pada Mei dan Juni untuk sementara waktu, sementara Rusia idealnya akan mulai secara bertahap meningkatkan produksi lagi mulai Juli, seperti yang direncanakan sebelumnya," katanya.

Baca juga: Harga minyak belum stabil, Pertamina jaga produksi hulu migas

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020