Bisa bertahan, karena industri sawit masih terus beroperasi sejak awal pandemi COVID-19
Medan (ANTARA) - Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Sumatera Utara Gus Dalhari Harahap menegaskan, petani sawit hingga saat ini masih bisa bertahan dari dampak pandemi COVID-19.

"Bisa bertahan, karena industri sawit masih terus beroperasi sejak awal pandemi COVID-19," ujarnya di Medan, Minggu.

Meski, katanya, harga tandan buah segar (TBS) sudah agak turun dampak banyak faktor.

Harga TBS, Rabu lalu (27/5), misalnya berkisar Rp800 - Rp1.200 per kg.

Dengan industri kelapa sawit masih terus beroperasi, ujar Gus Dalhari, petani tetap bisa memanen sawit dan ménjual ke pedagang/pabrik kelapa sawit.

Kalaupun ada yang terganggu, secara persentase, ujar Gus Dalhari, paling tinggi hanya sekitar 20 persen.

"Jadi saat COVID-19 ini, petani sawit tidak terlalu mengalami kesulitan," ujarnya.

Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Derom Bangun, mengakui, industri sawit memang tidak terlalu terdampak dengan pandemi COVID -19.

Pabrikan, katanya, masih beroperasi, meski ekspor terganggu.

"Produksi TBS memang belum terlalu banyak sehingga pabrikan masih tetap bisa menampung/mengolah TBS maupun CPO," katanya.

Baca juga: Apkasindo : 18 juta petani sawit bergantung operasional pabrik

Baca juga: Dinilai berhasil, asosiasi petani sawit minta pola PIR dipertahankan

Baca juga: Pemerintah harus kawal penetapan harga TBS di tingkat petani

 

Pewarta: Evalisa Siregar
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020