Jakarta (ANTARA) - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mendorong para perempuan muda Indonesia terlibat dan aktif ikut organisasi sehingga bisa menjadi bekal bagi mereka di masa mendatang, agar senantiasa menjadi perempuan yang bertaqwa, berakhlak mulia, berilmu, dan memiliki wawasan kebangsaan.

"Dengan demikian, tidak dianggap sebelah mata oleh siapapun," kata Bambang Soesatyo atau Bamsoet dalam keterangannya di Jakarta, Senin.

Hal itu dikatakan Bamsoet saat menjadi pembicara kunci dalam acara Sosialisasi Empat Pilar MPR RI secara virtual bersama kader Pengurus Pusat Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU), dari Ruang Kerja Ketua MPR RI, Jakarta, Senin.

Baca juga: Bamsoet ajak generasi muda Indonesia serap nilai-nilai Pancasila

Dia menilai dengan aktif di berbagai organisasi, kaum muda perempuan juga bisa mempersiapkan diri menjemput tongkat estafet kepemimpinan bangsa.

Menurut dia, eksistensi bangsa sangat bergantung dengan kualitas sumber daya manusianya, baik dari aspek kompetensi keahlian, keilmuan, dan yang tidak boleh terlupakan adalah karakternya.

"Atas dasar itu MPR RI konsisten melaksanakan pembangunan karakter bangsa melalui pemasyarakatan Empat Pilar MPR RI yang pada hakikatnya adalah pembangunan karakter dan jati diri bangsa Indonesia," ujarnya.

Empat Pilar MPR itu adalah Pancasila sebagai dasar negara, landasan ideologi, falsafah, etika moral serta alat pemersatu bangsa; Undang-Undang Dasar Negara Republik Tahun 1945 sebagai landasan konstitusional; Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai konsensus yang harus dijunjung tinggi, serta Bhinneka Tunggal Ika sebagai semangat pemersatu dalam kemajemukan bangsa.

Baca juga: Bamsoet sosialisasi empat pilar secara virtual di masa normal baru

"Indonesia akan tetap berdiri tegak, tak akan hancur seperti Timur Tengah maupun terpecah seperti Soviet. Dengan catatan kaum perempuannya memiliki wawasan kebangsaan yang kuat, yang ditopang oleh Empat Pilar MPR RI," katanya.

Bamsoet mengatakan dari berbagai negara dunia yang dinilai berhasil menangani pandemi COVID-19 versi Majalah Forbes, sebagian besarnya dipimpin para perempuan antara lain Kanselir Jerman Angela Merkel, Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardem, Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen, Presiden Taiwan Tsai Ing-Wen, dan Perdana Menteri Islandia Katrin Jakobsdottir.

Menurut dia, sebagian besar dari mereka memiliki kesamaan yaitu responsif dan komunikatif dalam menyampaikan kebijakan yang diambil sehingga menunjukkan bahwa perempuan punya kekhasan tersendiri yang terkadang tidak dimiliki pria, sekaligus menunjukkan kepada dunia bahwa keberadaan perempuan tidak bisa lagi dianggap sebelah mata.

Baca juga: MPR: Solidaritas-kedermawanan jadi modal wujudkan keadilan sosial

Dia menilai, selain berada di garis terdepan dalam melawan pandemi COVID-19, perempuan juga termasuk kalangan yang paling rentan terkena dampak COVID-19 sehingga tidak hanya menjadi korban positif COVID-19, perempuan bahkan dihadapkan pada permasalahan domestik berupa meningkatnya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) selama pandemi COVID-19.

"Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa bahkan sampai menyerukan kepada berbagai negara untuk memperhatikan kaum perempuan selama penerapan kebijakan karantina atau 'lockdown'," ujarnya.

Dia mencontohkan di India, kasus KDRT melonjak dua kali lipat selama "lockdown", sementera di Prancis kasus KDRT diperkirakan naik sepertiga dalam seminggu setelah Prancis menerapkan "lockdown".

Dia bersyukur, di Indonesia belum ditemui peningkatan KDRT selama PSBB namun bukan berarti boleh lengah, karena kewaspadaan tetap harus dilakukan.
 

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2020