Perlambatan ekonomi global ini memang terjadi akibat COVID-19
Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan bahwa perekonomian Indonesia masih dianggap yang terbaik di antara negara-negara berkembang lain baik secara mikro maupun makro meski terdampak pula oleh pandemi COVID-19.

Hal itu disampaikan Luhut dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI di Jakarta, Senin, yang membahas Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Kementerian/Lembaga Tahun 2021 bersama tiga kementerian koordinator lainnya.

"Perlambatan ekonomi global ini memang terjadi akibat COVID-19. Kalau kita lihat, kita memang tumbuh di 2,97 persen. Bu Ani (Menteri Keuangan Sri Mulyani) ingatkan kita akan tumbuh negatif di kuartal II. Tapi saya pikir, kalau dibanding negara lain, seperti komentar Bank Dunia, di antara emerging market, Indonesia itu masih dianggap terbaik baik makro maupun mikro," katanya.

Luhut bercerita bahwa dirinya telah beberapa kali berkomunikasi dan memaparkan kondisi ekonomi Indonesia kepada Bank Dunia. Termasuk upaya Indonesia dalam memulihkan ekonomi karena pandemi.

Menurut Luhut, dampak COVID-19 terhadap Indonesia memang cukup dipengaruhi oleh apa yang terjadi di China. Namun, hal itu wajar karena negara Tirai Bambu itu mengontrol 18 persen ekonomi dunia.

"Kita suka tidak suka, kita tidak bisa ignore (mengabaikan) keberadaan dia (China). Ini punya dampak, apalagi jarak kita dekat dengan dia sehingga kita harus pelihara balance of power, bagaimana dengan Tiongkok, Timur Tengah dan Amerika," katanya.

Mantan Menko Polhukam itu menambahkan, di era pemerintahan Presiden Jokowi, Indonesia pun berhasil menjaga hubungan baik dengan ketiga ekonomi itu.

"Dengan Abu Dhabi, pertama kali ada investasi hampir 20 miliar dolar AS sepanjang sejarah republik, ini semua on going. Dengan Tiongkok, investasi juga terus meningkat. Dan mematuhi kriteria yang kita berikan. Tidak sekadar dia masuk," katanya.

Kriteria itu antara lain harus membawa first class technology, melakukan transfer teknologi, memberikan nilai tambah, melakukan kerja sama Business to Business serta menggunakan tenaga kerja Indonesia sebanyak mungkin.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun ini yang sebelumnya berada di kisaran 2,3 persen hingga minus 0,4 persen kini menjadi sekitar 1 persen hingga terkontraksi 0,4 persen.

“Kalau diperhatikan batas atasnya yaitu 2,3 persen kami revisi agak turun ke 1 persen karena kami melihat adanya kontraksi yang cukup dalam pada kuartal II ini,” katanya dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI di Jakarta, pekan lalu.

Sri Mulyani menyatakan pemangkasan proyeksi dilakukan karena adanya perkiraan kontraksi yang dalam pada kuartal II dan pencapaian outlook tersebut akan sangat bergantung pada upaya pemulihan di kuartal berikutnya.

“Tentu ini sangat tergantung dari kemampuan kita untuk memulihkan ekonomi di kuartal III dan IV atau semester kedua tahun ini,” ujarnya.

Baca juga: Sri Mulyani kejar pemulihan ekonomi terjadi di kuartal III dan IV 2020
Baca juga: Sri Mulyani pangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi 2020, ini sebabnya
Baca juga: ADB perkirakan ekonomi Indonesia tumbuh negatif 1 persen pada 2020


Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020