Sosok Bung Karno sangat harum di Al-Azhar, karena berhasil meyakinkan Presiden Gamal Abdul Nasser agar tidak menutup Al-Azhar, karena Al-Azhar menjadi benteng moderasi Islam yang harus terus dilestarikan
Jakarta (ANTARA) - Ketua Pengurus Pusat Baitul Muslimin Indonesia Zuhairi Misrawi menyebutkan sosok Presiden pertama RI Soekarno atau Bung Karno memiliki banyak jasa dalam perkembangan peradaban Islam yang diakui dunia.

Gus Mis, sapaan akrab Zuhairi dalam pernyataan tertulisnya di Jakarta, Sabtu, mengingatkan Bung Karno sebagai proklamator bangsa tak bisa dilepaskan dari dunia umat Islam.

Bahkan, kata cendekiawan Nahdlatul Ulama (NU) itu, sebagai pemimpin di negara muslim terbesar dunia, peran Bung Karno itu tercatat dan diakui oleh sejarah dunia, seperti gelar pahlawan Islam tahun 1965 karena semangatnya melawan penjajahan.

"Bung Karno mendapatkan gelar Pahlawan Islam dan kemerdekaan dari para pemimpin negara-negara Islam Asia-Afrika pada tahun 1965 karena berjasa besar bagi gerakan melawan penjajahan. Bung Karno telah menjadi inspirasi bagi dunia Islam untuk meraih kemerdekaan sehingga namanya sangat harum di seantero dunia Islam, khususnya di Timur Tengah," tuturnya.

Baca juga: Zuhairi Misrawi puji PDIP yang selalu peduli pesantren

Oleh karena itu, Gus Mis menyampaikan keprihatinannya atas sejumlah peristiwa yang terjadi belakangan ini, seperti pembakaran bendera PDI Perjuangan dan pembahasan RUU HIP yang kemudian ada upaya mengaitkan PDI Perjuangan dan Bung Karno dengan komunisme, bahkan anti-Islam.

Bung Karno, Gus Mis melanjutkan, tercatat juga dalam sejarah telah berhasil meyakinkan Pemimpin Uni Soviet, Nikita Khrushchev agar menemukan makam Imam Bukhari yang hari ini menjadi rujukan umat islam untuk mempelajari hadis Nabi Muhammad SAW.

"Membangunnya kembali semegah mungkin karena jasa Imam Bukhari bagi umat Islam sangat besar dalam melestarikan khazanah hadis Nabi Muhammad SAW. Nama Bung Karno dicatat dengan tinta emas karena umat Islam akhirnya bisa berziarah ke Imam Bukhari di Samarkand, Uzbekistan," ujarnya menjelaskan.

Kemudian, kata dia, Bung Karno mendapatkan gelar doktor honoris causa dari Universitas Al-Azhar Mesir dalam bidang filsafat Islam di Fakultas Ushuluddin pada tahun 1960.

Saat itu, di depan Presiden Gamal Abdul Nasser dan para ulama Al-Azhar, Bung Karno berpidato tentang Pancasila sebagai falsafah dan dasar negara yang mampu mempersatukan seluruh elemen bangsa.

"Sosok Bung Karno sangat harum di Al-Azhar, karena berhasil meyakinkan Presiden Gamal Abdul Nasser agar tidak menutup Al-Azhar, karena Al-Azhar menjadi benteng moderasi Islam yang harus terus dilestarikan," tutur Gus Mis yang merupakan alumnus Universitas Al-Azhar, Mesir.

Baca juga: Gus Mis sebut puisi Neno Warisman tunjukkan nafsu politik

Karena begitu melekatnya jasa Bung Karno, kata dia, kini nama Bung Karno bahkan diabadikan menjadi sebuah nama jalan di Mesir.

Atas beberapa catatan sejarah itu, Gus Mis menilai sangat menyedihkan jika belakangan ini ada yang ingin melupakan jasa Bung Karno terhadap umat Islam dan dunia Islam.

"Lebih-lebih Bung Karno telah berhasil meyakinkan dunia Islam bahwa Pancasila telah terbukti berhasil mempersatukan seluruh elemen bangsa di negeri ini," ujarnya.

Lebih lanjut, Gus Mis berpesan bahwa semua anak bangsa harus waspada terhadap pihak-pihak yang ingin memecah belah negeri ini.

Ia menegaskan bangsa Indonesia perlu belajar dari konflik yang terjadi di Yaman, Suriah, Libya, Sudan, Mesir, dan negara Timur Tengah lainnya.

"Kita harus yakin bahwa mereka yang benar-benar mengamalkan Pancasila pada hakikatnya mendorong pada perdamaian dan persatuan. Sebaliknya, mereka yang suka menebarkan fitnah, provokasi, dan ancaman sesungguhnya sangat jauh dari nilai-nilai luhur Pancasila," ucap Gus Mis menegaskan.

Baca juga: Zuhairi Misrawi, nilai pernyataan Rocky Gerung soal atheis adalah kotroversial

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2020