Jakarta (ANTARA) - Survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) terhadap 2.623 responden menyatakan bahwa masyarakat sebenarnya telah mengetahui dan memahami pandemi COVID-19 dan cara penularannya dari satu orang ke orang lain.

"Jadi responden mengenali bahwa COVID-19 itu berasal dari virus," kata Kepala Pusat Penelitian Kependudukan LIPI, Herry Jogaswara dalam Webinar “Sosialisasi Hasil Survei Persepsi Masyarakat terhadap COVID-19 dan Satwaliar", Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan data survei tersebut diperoleh secara daring dan pengumpulan datanya dilakukan dari 27 Mei sampai 8 Juni 2020, dengan 2.623 responden yang rata-rata memiliki rentang usia antara 25 hingga 44 tahun dan pendidikan S1, S2 dan S3 dari berbagai provinsi di Indonesia, tetapi lebih banyak berasal dari beberapa provinsi di Pulau Jawa.

Survei tersebut, katanya, untuk melihat seberapa besar pemahaman masyarakat tentang COVID-19, sehingga hasil penelitiannya dapat dijadikan sebagai arahan terhadap kebijakan-kebijakan oleh berbagai pemangku kepentingan di masa mendatang terkait dengan upaya pengendalian COVID-19.

Baca juga: LIPI akan buka kembali dua Kebun Raya dengan protokol COVID-19

Baca juga: LIPI serahkan alat bantu pernafasan ke RS Hasan Sadikin Bandung


Hasil survei tersebut menyebutkan bahwa masyarakat pada dasarnya telah memahami bahwa pandemi COVID-19 disebabkan oleh virus yang baru ditemukan, yaitu SARS-CoV-2.

Kemudian, mereka juga mengetahui bahwa virus SARS-CoV-2 tersebut menular melalui droplet atau percikan cairan hidung dan mulut penderita kepada orang lain di sekitarnya, dengan beberapa jawaban yang cukup konsisten menyebutkan bahwa penularan dapat juga terjadi melalui benda-benda yang telah terkena cairan droplet dari penderita COVID-19.

Selain itu, Herry mencatat satu hal yang menarik bahwa responden juga mengetahui bahwa penularan dapat terjadi melalui medium udara.

"Sesuatu yang saya kira ada perdebatan-perdebatan secara saintifik. Kemudian, ada juga responden yang melihat bahwa mengonsumsi satwa liar ini merupakan salah satu penularan COVID-19," katanya.

Lebih lanjut, Herry mengatakan ketika responden ditanya tentang cara mereka melindungi diri dari COVID-19, mereka menjawab bahwa cara melindungi diri yang efektif untuk terhindar dari COVID-19 adalah dengan menetapkan protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah.

"Memakai masker, cuci tangan dan menjaga jarak. Ini memperlihatkan bahwa berbagai imbauan untuk menggunakan masker, menjaga jarak dan sebagainya dipahami responden sebagai cara untuk melindungi diri dari COVID-19," ujarnya.

Kemudian, terkait pertanyaan tentang siapa saja orang-orang yang berisiko terjangkit COVID-19, sebagian besar responden juga mengatakan bahwa yang paling berisiko adalah orang-orang yang mempunyai penyakit bawaan atau penyerta.

"Tekanan darah tinggi, diabetes, jantung, paru-paru dan kanker dan juga pada kelompok-kelompok usia lanjut. Pengetahuan ini terkonfirmasi juga dari beberapa survei lainnya," katanya.

Berikutnya, ada juga persepsi bahwa orang yang pekerjaannya berhubungan dengan satwa liar juga memiliki risiko tertentu untuk terjangkit COVID-19.

Kemudian, responden juga meyakini bahwa kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebagai salah satu cara yang penting untuk mencegah COVID-19.

"Para responden melihat pentingnya PSBB sebagai cara pencegahan COVID-19, walaupun sekarang ada berbagai kelonggaran PSBB ini," kata Herry.

Kemudian, pelarangan mudik di beberapa tempat dan juga larangan konsumsi satwa liar juga dianggap penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk bersama-sama mencegah penularan COVID-19.*

Baca juga: LIPI kerja sama Biosains Medika produksi alat RT-LAMP deteksi COVID-19

Baca juga: Percepat proses PCR, RS PMI Bogor kerja sama dengan LIPI

Pewarta: Katriana
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020