Pusvetma juga harus melakukan terobosan-terobosan untuk meningkatkan pendapatan negara bukan pajak (PNBP) sebagaimana yang telah ditetapkan dalam kontrak kinerja.
Jakarta (ANTARA) - Pusat Veteriner Farma (Pusvetma) Kementerian Pertanian melakukan ekspor 63.000 dosis vaksin Septivet, yang digunakan untuk mengatasi penyakit ngorok ternak besar seperti sapi, kerbau, dan babi, ke Republik Demokratik Timor Leste.

"Vaksin Septivet yang diekspor yaitu vaksin dengan kemasan 200 ml atau 100 dosis per botol. Vaksin ini dapat memberikan kekebalan pada sapi hingga 2 tahun," kata Kepala Pusvetma Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Agung Suganda, di Jakarta, Kamis.

Ada pun ekspor vaksin ini merupakan ekspor perdana yang dilakukan Pusvetma Kementan. Ekspor tersebut berawal dari kunjungan Direktur Jenderal Peternakan Timor Leste ke Pusvetma pada tahun 2019, kemudian tertarik dengan kualitas vaksin Septivet dan Vaksin Brucivet yang dimiliki Pusvetma.

Timor Leste memutuskan mengimpor vaksin tersebut guna mendukung program kesehatan hewan di negaranya.

Vaksin Septivet digunakan untuk mengatasi penyakit ngorok atau Septichaemia epizootica (SE) pada hewan besar yaitu sapi, kerbau dan babi. Sedangkan vaksin Brucivet untuk mencegah penyakit keluron menular (Brucellosis) pada sapi.
Baca juga: Waspada flu babi, Kementan tingkatkan pengawasan lalu lintas hewan

"Namun dengan adanya pandemi COVID-19 ini, permintaan vaksin Septivet yang diajukan ke Pusvetma hanya sejumlah 63.000 dosis. Kalau tidak sedang pandemi mungkin lebih," kata Agung.

Agung menjelaskan Pusvetma sendiri memang memiliki tugas utama memproduksi vaksin hewan, serta dituntut untuk selalu memberikan pelayanan prima dalam penyediaan vaksin hewan yang berkualitas.

Pusvetma juga harus melakukan terobosan-terobosan untuk meningkatkan pendapatan negara bukan pajak (PNBP) sebagaimana yang telah ditetapkan dalam kontrak kinerja. Salah satu terobosan yang saat ini dilakukan adalah bagaimana agar vaksin Pusvetma bisa menembus pasar ekspor khususnya negara-negara tetangga.

Dalam menjaga kualitas vaksin, Pusvetma sudah mempunyai sertifikat Cara Produksi Obat Hewan yang Baik (CPOHB) dari Kementerian Pertanian. Laboratorium pengujian mutu vaksin yang dimiliki oleh Pusvetma juga telah memperoleh Akreditasi ISO 17025 dari Komite Akreditasi Nasional.
Baca juga: Kementan berikan saran memilih hewan kurban yang sehat

Untuk vaksin yang di ekspor, Tim Karantina Balai Besar Karantina Hewan Surabaya, pada Senin (6/7) lalu telah menyerahkan sertifikat ekspor kepada Pusvetma. Sebelumnya juga sudah dilakukan pemeriksan terhadap kondisi dan suhu gudang penyimpanan serta pengecekan fisik vaksin Septivet yang akan di ekspor.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan I Ketut Diarmita berharap ke depannya, Pusvetma bisa melakukan lebih banyak ekspor, baik vaksin maupun bahan diagnostik lainnya. Ia percaya Pusvetma bisa membidik negara seperti Pakistan dan Srilanka sebagai negara tujuan ekspor berikutnya.

Dengan semakin banyaknya produk-produk buatan anak bangsa yang diekspor, diharap dapat membuktikan bahwa sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki Indonesia bisa bersaing di tingkat internasional.

Baca juga: Waspadai penyakit Brucellosis pada hewan kurban
Baca juga: Jelang Idul Adha, Kementan antisipasi penyakit antraks pada ternak
Baca juga: USAID-FAO tingkatkan kesadaran ancaman penyakit hewan ke manusia

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2020