Jadi, ini kayaknya hanya sebagai rayuan gombal
Jakarta (ANTARA) - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengklaim akan membuat museum sejarah Nabi Muhammad SAW terbesar setelah Saudi Arabia yakni seluas tiga hektare di atas daratan buatan di kawasan Ancol, Jakarta Utara.

"Museum ini akan menjadi museum terbesar tentang sejarah Nabi Muhammad SAW di luar Saudi Arabia," kata Anies dalam rekaman video di kanal Youtube Pemprov DKI Jakarta, Sabtu.

Anies menyebut target pembuatan museum nabi tersebut ialah untuk mendatangkan turis mancanegara.

"InsyaAllah ini akan menjadi magnet bagi wisatawan, bukan hanya Indonesia, tapi seluruh dunia," katanya.

Namun, Anies belum menjelaskan detail apa saja yang akan disimpan di dalam museum.

Baca juga: Anies sebut Kepgub 237 sebagai landasan pengelolaan reklamasi Ancol

Dia mengaku masih sibuk mengurusi segala perizinannya.

"Nah untuk itu, harus disiapkan semua dokumen legal administratifnya agar pengurusan lahannya bisa dilakukan agar pembangunan bisa segera dilaksanakan," ucapnya.

Selain museum sejarah nabi, Pemprov DKI Jakarta juga berencana untuk membuat masjid terapung di lahan buatan tersebut.

Menurut pengamat kebijakan publik dari Universitas Trisakti Trubus Rahardiansyah wacana pembangunan museum nabi dan masjid apung merupakan upaya dari Anies Baswedan merayu warga Jakarta agar setuju reklamasi.

Baca juga: Nelayan sebut reklamasi Ancol sejak belasan tahun lalu

"Jadi, ini kayaknya hanya sebagai rayuan gombal supaya masyarakat setuju (Reklamasi) itu," kata Trubus saat dikonfirmasi.

Menurut Trubus, reklamasi di kawasan Ancol sebagai bentuk keberpihakan Gubernur Anies kepada pengusaha.

Kata dia, wajar kalau banyak pihak, termasuk pendukung Anies menolak kebijakan tersebut. Terlebih, Anies pernah berjanji akan menyetop reklamasi di Jakarta.

"Ini seperti meninabobokkan masyarakat bahwa itu nanti akan dibangun simbol keagamaan supaya masyarakat mendukung reklamasi ini. Ini keberpihakan kepada pengusaha," tuturnya menambahkan.

Baca juga: Anies tegaskan reklamasi Ancol berbeda dengan 17 pulau sebelumnya

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2020