Bappenas memperkirakan penurunan ekonomi yang cukup dalam. Angkanya beberapa menteri sudah menyatakan perkiraannya
Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Ekonomi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Prijambodo memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2020 akan terjadi penurunan yang cukup dalam akibat dampak pandemi COVID-19.

Meski tidak ingin menyebutkan angka pasti, Bambang menjelaskan bahwa pihaknya sudah memiliki besaran perkiraan tersebut. Pernyataan resmi angka pertumbuhan ekonomi Indonesia ini akan dirilis secara resmi oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada 5 Agustus mendatang.

"Bappenas memperkirakan penurunan ekonomi yang cukup dalam. Angkanya beberapa menteri sudah menyatakan perkiraannya, tetapi meskipun kami ada perkiraannnya, akan menunggu saja dari BPS," kata Bambang dalam webinar Indonesia Development Forum 2020 di Jakarta, Rabu.

Baca juga: Presiden Jokowi: Ekonomi RI diproyeksi pulih tercepat setelah China

Sebelumnya Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati telah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2020 berkisar -5,1 persen hingga -3,5 persen, dengan titik tengah -4,3 persen. Perkiraan angka ini cukup dalam mengingat pada triwulan I-2020, pertumbuhan ekonomi masih positif sebesar 2,97 persen.

Bambang menjelaskan bahwa pemerintah akan berupaya agar pertumbuhan ekonomi pada triwulan III dan IV tahun 2020 masih dalam teritori positif, sehingga angka perekonomian Indonesia secara keseluruhan masih tumbuh positif, meskipun angkanya tidak besar.

Ia menilai perlambatan ekonomi yang terjadi di Indonesia juga terjadi di negara lain. Bahkan sejumlah negara mengalami resesi yang tidak hanya dangkal, tetapi cukup dalam.

Baca juga: Soal ekonomi, Presiden Jokowi: Posisinya tidak semakin mudah

Kontraksi akibat pandemi COVID-19 sudah terlihat dengan pertumbuhan ekonomi China pada triwulan I minus 6,8 persen, kemudian Singapura minus 12,6 persen, dan Korea Selatan minus 3,2 persen.

Menurut Bambang, penyebab krisis yang diakibatkan pandemi COVID-19 ini sangat berbeda dengan krisis yang disebabkan oleh faktor ekonomi, seperti pada supply dan demand.

"Penyebab krisis ini karena menekan sumber utama daripada pembangunan dan ekonomi, yakni kesehatan manusia. Akan berbeda dengan krisis yang hanya terjadi pada supply dan demand, akan jauh lebih mudah," kata Bambang.

Baca juga: BI sebut pertumbuhan negatif dapat berlanjut di triwulan III-2020

Baca juga: BI perkirakan pertumbuhan ekonomi minus 4 persen pada triwulan II 2020

 

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020