New York (ANTARA) - Harga minyak turun di bawah pencapaian tertinggi lima bulan pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), jatuh setelah sesi di mana sentimen bearish tentang permintaan bahan bakar menangkal optimisme tentang pengurangan pasokan Irak, mendorong harga masuk dan keluar dari wilayah positif.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober turun delapan sen menjadi ditutup pada 45,09 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September turun 24 sen menjadi menetap di 41,95 dolar AS per barel.

Di awal sesi, pengurangan produksi yang direncanakan Irak telah menopang harga minyak. Tetapi, kemudian tertekan kembali oleh kekhawatiran permintaan akibat perlambatan ekonomi dari pandemi virus corona, kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group di Chicago.

“Semua orang sedang menunggu paket bantuan virus corona untuk memberikan peningkatan pada ekonomi,” katanya.

Irak mengatakan akan melakukan pemotongan tambahan dalam produksi minyaknya sekitar 400.000 barel per hari pada Agustus untuk mengkompensasi kelebihan produksi selama periode lalu di bawah pakta pengurangan pasokan OPEC.

Kedua acuan minyak naik ke level tertinggi sejak 6 Maret di sesi sebelumnya setelah pemerintah AS melaporkan penurunan stok minyak mentah yang jauh lebih besar dari perkiraan.

Dolar AS yang lebih lemah juga mendukung harga minyak karena membuat minyak yang dinilai dalam dolar lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama mencatat penurunan persentase bulanan terbesar dalam satu dekade pada Juli, dan jajak pendapat Reuters memprediksikan harga akan terus jatuh hingga tahun depan.

Namun, indeks dolar AS naik sekitar 0,1 persen pada Kamis (6/8/2020) setelah jatuh selama dua sesi, tetapi tetap dekat ke posisi terendah dua tahun.

Investor minyak juga tetap waspada terhadap peningkatan persediaan produk olahan AS ketika para gubernur bank sentral AS mengatakan kebangkitan kasus virus corona memperlambat pemulihan ekonomi di konsumen minyak terbesar dunia itu.

"Dalam jangka menengah, permintaan yang lemah kemungkinan akan lebih banyak membebani daripada sentimen positif (mendukung), itulah sebabnya kami memperkirakan harga akan terkoreksi dalam waktu dekat," kata analis Commerzbank Eugen Weinberg.

JPMorgan memangkas perkiraan permintaan minyak untuk paruh kedua tahun ini sebesar 1,5 juta barel per hari, tetapi menaikkan perkiraan harga rata-rata Brent untuk sepanjang tahun menjadi 42 dolar AS per barel dari 40 dolar AS.

Raksasa minyak negara Arab Saudi Aramco memangkas harga jual resmi (OSP) September untuk minyak mentah ringan bagi pengiriman ke Asia, sebesar 30 sen per barel mulai Agustus, dan membiarkan harga ke AS tidak berubah dari bulan sebelumnya.

Kebijakan tersebut secara singkat memberikan kekuatan ke pasar, memadamkan kekhawatiran sebelumnya bahwa produsen akan memangkas harga, memicu perang harga lainnya, kata Bob Yawger, Direktur Energy Futures di Mizuho di New York.

Baca juga: Harga minyak capai tertinggi 5 bulan, stok AS jatuh dan dolar melemah
Baca juga: Minyak naik tertinggi sejak Maret didukung harapan stimulus AS
Baca juga: Minyak jatuh terseret data ekonomi AS lemah dan ketidakpastian politik

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020