Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengatakan Merdeka Belajar menjadi semangat dan inspirasi untuk peningkatan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia di Indonesia.

"Mari kita kembali fokus melanjutkan misi Merdeka Belajar sesuai filosofi Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara untuk menciptakan ekosistem pendidikan nasional yang lebih sehat, berazas gotong royong dengan menghadirkan iklim inovasi, sehingga mampu menghasilkan SDM unggul dan berkarakter," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim dalam diskusi virtual di Jakarta, Jumat.

Baca juga: Mendikbud: Merdeka Belajar jadi teriakan revolusi di Tanah Air

Kemdikbud telah meluncurkan lima Episode Merdeka Belajar. Pada Episode 1 Merdeka Belajar mengubah Ujian Nasional menjadi asesmen kompetensi minimum dan survei karakter, menghapus Ujian Sekolah Berstandar Nasional, menyederhanakan rencana pelaksanaan pembelajaran, dan menyesuaikan kuota penerimaan peserta didik baru berbasis zonasi.

Merdeka Belajar Episode 2: Kampus Merdeka, memberikan kemudahan pelaksanaan pembelajaran di perguruan tinggi. Merdeka Belajar 3: perubahan mekanisme Bantuan Operasional Sekolah (BOS) tahun anggaran 2020, Merdeka Belajar 4: Program Organisasi Penggerak, dan Episode 5 yaitu Guru Penggerak.

Mendikbud Nadiem mengatakan Sekolah Cikal maupun pihak lain tetap bisa menggunakan Merdeka Belajar tanpa kompensasi apapun untuk kepentingan pengembangan pendidikan sepanjang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Pendiri Sekolah Cikal, Najelaa Shihab, mengatakan pihaknya terus ingin ikut bergotong-royong untuk meningkatkan pendidikan Indonesia yang makin berkualitas, mengembangkan pendidikan yang menumbuhkan minat dan bakat yang utuh, serta mendukung kolaborasi berbagai pihak untuk mengembangkan ekosistem pendidikan yang berdaya.

Baca juga: FSGI sarankan Kemendikbud tak gunakan slogan "Merdeka Belajar"

"Kami, mempunyai visi yang sama dalam mewujudkan pendidikan Indonesia yang berkualitas dan setara, keputusan menghibahkan hak atas merek Merdeka Belajar ini kami harap akan mengakhiri polemik dan sorotan yang sempat mengemuka,” kata Najelaa Shihab.

Sekolah Cikal menggunakan Merdeka Belajar sejak 2014 melalui Kampus Guru Cikal sebagai ekosistem untuk menggerakkan perubahan pendidikan dan telah dipraktikkan dalam kurikulum, pelatihan, dan publikasi Yayasan Guru Belajar.

Pada 1 Maret 2018, Sekolah Cikal mendaftarkan hak atas merek dan bukan hak paten atas Merdeka Belajar ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, sebagai upaya mencatatkan dan melindungi keberlangsungan upaya pengembangan pendidikan, yang kemudian disetujui pada 2020.

Baca juga: AIPI: Konsep Merdeka Belajar tepat untuk kondisi pendidikan saat ini

Baca juga: Merdeka Belajar disebut tepat untuk perkecil kesenjangan pendidikan

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020