Pendapatan per kapita Indonesia saat ini berada di angka 4.100 dolar AS, sedangkan diperlukan pendapatan per kapita sebesar 5.000 dolar AS agar lanskap wealth management Indonesia dapat memaksimalkan potensinya
Jakarta (ANTARA) - Bank DBS Indonesia membidik potensi bisnis layanan pengelolaan keuangan dan kekayaan atau "wealth management" seiring dengan kenaikan aset kekayaan di Indonesia.

Executive Director, Wealth Management Talent Rotation, Bank DBS Indonesia Keng Swee mengatakan, Indonesia merupakan pasar yang sangat berkembang dalam hal wealth management, namun pertumbuhannya terhambat oleh terbatasnya akses nasabah terhadap investasi dan pengelolaan aset kekayaan.

"Pendapatan per kapita Indonesia saat ini berada di angka 4.100 dolar AS, sedangkan diperlukan pendapatan per kapita sebesar 5.000 dolar AS agar lanskap wealth management Indonesia dapat memaksimalkan potensinya," ujar Keng Swee dalam keterangan di Jakarta, Kamis.

Saat ini Ultra High Net Worth Individual (UHNWI) Indonesia diproyeksikan menjadi yang tertinggi kelima di dunia dan jauh lebih tinggi dari rata-rata global dan Asia. Berdasarkan perkiraan IMF, Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita Indonesia diperkirakan mencapai 5.000 dolar AS pada 2024, sehingga lanskap wealth management Indonesia juga diprediksikan akan meningkat dalam empat hingga lima tahun dari sekarang, yang didorong oleh pertumbuhan kekayaan investor muda.

Indikator utama peningkatan pasar wealth management adalah jumlah investor reksa dana yang tumbuh empat kali lipat dalam tiga tahun terakhir, dari sebanyak 444.945 menjadi 1.774.493 pada akhir 2019. Peluang tersebut diambil oleh Bank DBS Indonesia dengan menyediakan berbagai solusi finansial yang disesuaikan dengan setiap tahapan kehidupan nasabah, serta mengembangkan inovasi digital sebagai platform investasi yang handal dan mudah diakses.

Namun hingga saat ini, penduduk Indonesia cenderung untuk mendepositokan kekayaannya dibandingkan menginvestasikannya. Ditambah dengan adanya pandemi COVID-19 yang memperlambat perekonomian selama beberapa bulan terakhir, menambah kecenderungan nasabah untuk menyimpan kekayaannya dalam bentuk seperti deposito dan tabungan.

Oleh karena itu, masyarakat masih membutuhkan lebih banyak edukasi mengenai investasi sebagai pilihan dalam mengelola dan mengembangkan kekayaan. Keng Swee menuturkan, di sinilah Bank DBS Indonesia akan memainkan perannya sebagai lembaga keuangan yang memberikan edukasi atau wawasan dan beragam solusi untuk kebutuhan wealth management nasabah, sehingga tujuan keuangan di setiap tahap kehidupan dapat tercapai.

Mengacu pada jurnal yang dirilis Hubbis pada September lalu, penetrasi Asset Under Management (AUM) Indonesia hanya sekitar 4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka tersebut masih tergolong rendah dibandingkan dengan beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan lainnya sebesar 15-25 persen.

Menurut Keng Swee, Bank DBS Indonesia senantiasa mengukuhkan posisinya sebagai mitra manajemen kekayaan terpercaya, melalui komitmen untuk selalu menghadirkan inovasi digital sebagai platform pengembangan kekayaan nasabah.

"Seperti yang dilakukan baru-baru ini, kami telah berhasil membawa akses valuta asing dan obligasi ke dalam aplikasi digibank by DBS. Selain itu, Bank DBS Indonesia juga akan menghadirkan Unit Trust (UT) online. Inovasi ini memegang peran penting untuk memperluas dan mempermudah akses berinvestasi dengan dukungan relationship manager dan investment consultants kami yang berpengalaman dan handal," ujar Keng Swee.

Sementara itu, Head of Sales and Distributions Consumer Banking Group Bank DBS Indonesia Melfrida Gultom menambahkan, melalui priority banking DBS Treasures dan private banking DBS Treasures Private Client, perseroan melakukan dua pendekatan wealth management yakni investasi dengan pilihan penempatan di dalam dan luar negeri, serta asuransi yang disesuaikan dengan tujuan finansial nasabah.

"Rangkaian produk ini menjawab kebutuhan nasabah di setiap tahap kehidupan, mulai dari pengembangan kekayaan, perlindungan kesehatan, persiapan dana pensiun, legacy atau warisan, dan dana pendidikan anak," ujar Melfrida.

Untuk memperluas jangkauan investasi hingga ke luar negeri, Bank DBS Indonesia juga menawarkan berbagai produk instrumen investasi asing, termasuk investasi syariah di pasar internasional seperti Amerika Serikat (AS), Hongkong, dan China.

Untuk beberapa bulan ke depan, Bank DBS Indonesia berencana memperluas jangkauan penempatan investasi ke India, serta dana yang berfokus pada tema tertentu, seperti, dana global disruption dan perusahaan yang memenuhi kriteria lingkungan, sosial dan tata kelola.

Lebih lanjut dirinya mengungkapkan, guna menjawab tantangan untuk mempermudah akses wealth management di kondisi sekarang ini, Bank DBS Indonesia menyediakan berbagai inovasi digital supaya nasabah dapat melakukan transaksi dan investasi di mana saja dan kapan saja.

Melalui aplikasi digibank by DBS, nasabah dapat melakukan beragam transaksi keuangan seperti penempatan deposito dalam 12 mata uang asing, pembelian obligasi pasar primer dan sekunder, bahkan transfer dana ke dalam dan luar negeri secara real time.

"Fasilitas instruksi melalui telepon hadir melengkapi guna mempermudah berbagai transaksi seperti pembelian obligasi pasar sekunder dan 12 mata uang asing tanpa harus ke cabang. Pembelian beragam produk asuransi pun cukup dengan video call, tanpa perlu tatap muka langsung," kata Melfrida.

Baca juga: Bank DBS Indonesia serahkan donasi alat tes deteksi COVID-19

Baca juga: DBS perkirakan Menteri Keuangan lanjutkan reformasi fiskal

Baca juga: DBS : perbaiki konsumsi cegah berlanjutnya perlambatan ekonomi

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020