Kami sangat memberikan apresiasi kepada pelaku industri di Indonesia yang masih terus berjuang dalam menjalankan usahanya di tengah tekanan pandemi saat ini
Jakarta (ANTARA) - Industri manufaktur di tanah air masih menunjukkan geliat yang positif di tengah gempuran dampak pandemi COVID-19 yang tercermin dari capaian Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada bulan Februari dengan menempati posisi 50,9, yang menandakan bahwa industri manufaktur berada dalam level ekspansif, yakni di atas 50, sesuai yang dirilis oleh IHS Markit.

Untukitu Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengapresiasi pelaku industri, karena mampu bertahan di tengah gempuran badai pandemi.

“Kami masih bersyukur PMI Februari tetap berada di level ekspansif. Kami sangat memberikan apresiasi kepada pelaku industri di Indonesia yang masih terus berjuang dalam menjalankan usahanya di tengah tekanan pandemi saat ini,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita lewat keterangan resmi di Jakarta, Senin.

​Menperin optimistis, dengan berbagai kebijakan dan stimulus yang telah diluncurkan pemerintah dalam upaya membangkitkan kembali gairah pelaku usaha dan pemulihan ekonomi nasional, PMI Manufaktur Indonesia bakal terus tembus di level ekspansif.

“PMI Manufaktur Indonesia selama enam bulan ini sudah berturut-turut di level ekspansif. Kami akan terus pertahankan dan tingkatkan,” ungkapnya.

Apalagi, pemerintah baru saja memberikan insentif fiskal berupa penurunan tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM DTP) untuk kendaraan bermotor.

“Kebijakan ini tentu akan meningkatkan confidence kepada pelaku industri dan mendorong daya beli masyarakat. Kami yakin PMI bulan berikutnya bisa meningkat, mudah-mudahan bisa di atas indeks 51,” papar Agus.

Merujuk hasil survei IHS Markit, output dan permintaan baru terus meningkat dan aspek pekerjaan mendekati stabil. Di samping itu, perusahaan masih sangat optimis bahwa output akan naik selama 12 bulan mendatang.

Catatan positif lainnya, yakni produksi meningkat selama empat bulan berturut-turut dan perusahaan terus meningkatkan output sesuai dengan pertumbuhan permintaan baru yang berkelanjutan.

Bahkan, permintaan baru meningkat tajam pada bulan Februari atau setidaknya dalam tiga bulan terakhir.

Peningkatan output dan permintaan baru yang berkelanjutan saat ini mendorong perusahaan untuk meningkatkan aktivitas pembelian dan membatasi pemutusan hubungan kerja (PHK). Namun demikian, beberapa perusahaan mencatat gangguan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19.

Menanggapi hasil PMI Manufaktur Indonesia pada bulan Februari, Direktur Ekonomi IHS Markit Andrew Harker mengatakan, jumlah kasus COVID-19 yang meningkat saat ini menunjukkan bahwa pandemi terus mengganggu operasional.

“Namun demikian, sektor manufaktur masih relatif tangguh pada bulan Februari,” tuturnya.

Sementara itu, aktivitas pekerjaan terus bergerak mendekati stabil.

“Meskipun adanya gangguan yang disebabkan oleh pandemi, optimisme perusahaan terkait perkiraan tahun depan masih tidak berkurang di tengah harapan bahwa pandemi akan segera berakhir,” tandasnya.

Baca juga: Menperin bersyukur PMI Manufaktur Indonesia masih di Level ekspansif
Baca juga: Menperin ingin kenaikan PMI manufaktur RI dongkrak pemulihan ekonomi
Baca juga: Menperin apresiasi pelaku industri, PMI Manufaktur Indonesia naik lagi

 

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021