Vaksinasi usia lebih muda ini akan memungkinkan kami untuk memvaksin lebih cepat tanpa mengurangi perlindungan
Paris (ANTARA) - Prancis akan memperpanjang jarak periode antara suntikan pertama dan kedua vaksin anti COVID mRNA menjadi enam minggu dari empat minggu pada 14 April untuk mempercepat kampanye inokulasi, kata Menteri Kesehatan Olivier Veran kepada surat kabar JDD. Minggu.

Meskipun otoritas kesehatan tertinggi Prancis menyarankan periode enam minggu antara dua suntikan pada Januari untuk memperbanyak pasokan, pemerintah pada saat itu mengatakan tidak ada cukup data tentang seberapa baik kinerja vaksin dengan interval yang lebih lama.

Prancis dapat melakukannya dengan aman sekarang karena sedang memvaksin kelompok usia yang lebih muda, kata Veran.

"Vaksinasi usia lebih muda ini akan memungkinkan kami untuk memvaksin lebih cepat tanpa mengurangi perlindungan," kata menteri itu kepada surat kabar itu.

Prancis telah menyetujui penggunaan vaksin Pfizer / BioNTech dan Moderna mRNA.

Veran juga mengatakan bahwa mulai Senin vaksin AstraZeneca akan tersedia untuk semua orang yang berusia di atas 55 tahun dan tidak hanya mereka yang memiliki kondisi (penyakit) serius yang sudah ada sebelumnya.

Setelah permulaan yang sangat lambat, peluncuran vaksin Prancis mencapai targetnya, mencapai target 10 juta dosis pertama seminggu menjelang target pertengahan April. Pemerintah bertujuan untuk mengirimkan sepuluh juta suntikan pertama lagi pada pertengahan Mei.

Johnson & Johnson akan memberikan 200.000 dosis pertama yang ditujukan ke Prancis pada Senin (12/4), seminggu lebih awal, kata Veran.

Presiden Emmanuel Macron, yang dipaksa oleh tingkat infeksi yang meningkat dan sistem perawatan kesehatan yang kelebihan beban untuk memberlakukan penguncian nasional ketiga, mengandalkan peluncuran vaksin yang dipercepat untuk memungkinkan pembukaan kembali negara secara bertahap mulai pertengahan bulan depan.

Jumlah pasien dalam perawatan intensif terus meningkat dan Prancis hampir pasti akan melewati ambang 100.000 kematian pekan ini. Prancis melaporkan lebih dari 43.000 kasus baru COVID-19 pada Sabtu (10/4) dan mengatakan sekarang ada 5.769 pasien yang menerima perawatan kritis.

Namun, Veran mengatakan ada tanda-tanda bahwa penguncian baru mulai memperlambat tingkat infeksi.

"Infeksi tetap sangat tinggi," kata Veran kepada JDD. "Kami dapat memperkirakan bahwa setelah periode stabilisasi tibalah penurunan (infeksi). Tetapi untuk itu, kami harus terus jalan."

Sumber: Reuters

Baca juga: Sehari jelang pemilu, Peru alami rekor harian kematian COVID-19

Baca juga: PH tetapkan Anwar Ibrahim sebagai calon perdana menteri Malaysia

Penerjemah: Mulyo Sunyoto
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2021