Jakarta (ANTARA News) - Pemilukada yang digelar marak di sejumlah daerah ternyata bukan hanya ajang pertarungan para kandidat bupati, walikota dan gubernur, tapi juga ajang "pertarungan" reputasi dan kredibilitas para konsultan politik yang berada dibelakangnya. Mereka bertarung berhadapan dalam adu kuat strategi dan adu kuat akurasi, khususnya dalam membaca peta dukungan melalui survei.

Demikian kesimpulan yang mengemuka dalam Political Review tentang Peran Konsultan Politik di Pemilukada 2010 yang diadakan di Jakarta, Jumat.

Salah seorang pelaku konsultan politik dari Konsultan Citra Indonesia (KCI), Barkah Pattimahu, mengakui bahwa di era reformasi sekarang ini Pemilukada di sejumlah daerah tak saja diramaikan oleh pertarungan kandidat tapi juga pertarungan antar konsultan politiknya.

Menurut Barkah, fenomena ini tak terhindarkan sebagai konsekuensi dari demokrasi yang meniscayakan keterlibatan banyak pihak dalam ikut serta menentukan bulat lonjongnya negeri ini, tak terkecuali peran konsultan politik yang ada dibelakang para kandidat.

Oleh karena itu, setiap konsultan dituntut dan ditantang untuk memberikan kontribusi terbaiknya dengan segala taruhan reputasi dan kredibilitasnya jika salah prediksi dan salah rancang strategi.

"Ini memang harga yang harus dibayar oleh sebuah kerjaan profesional. Taruhannya sudah jelas reputasi dan kredibilitas institusi. Makanya, setiap konsultan jangan coba-coba bermain-main dengan angka dan data. Sebab, itu yang akan menjadi panduan bekerja, khususnya dalam menentukan strategi. Sekali kita buat data salah, maka strateginya pun bisa sesat," kata Barkah.

Dalam pengamatannya selama ini, memang baru dua lembaga konsultan politik yang besar dan diperhitungkan, yakni Lingkaran Survei Indonesia (LSI) pimpinan Denny JA dan Fox Indonesia pimpinan Choel Malarangeng. Sementara, lembaga konsultan lainnya seperti Polmark pimpinan Eep Saefullah Fatah dan termasuk KCI yang dipimpinnya, kata Barkah, masih tergolong baru.

Oleh karena itu, lanjut Barkah, sangat wajar dalam pemilukada di sejumlah daerah selalu diwarnai oleh "persaingan" seru dua lembaga konsultan tersebut, yakni LSI Denny versus Fox Indonesia. Namun, sejauh yang diketahuinya, tepatnya selama tahun 2010 ini, Barkah mengakui LSI Denny lebih unggul dibanding Fox baik dalam rekor pemenangan maupun dalam rekor akurasi hasil survei.(*)
(ANT/R009)

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010