Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari menyatakan bahwa Olimpiade tidak melulu soal perolehan medali maupun menang kalah, tetapi juga soal partisipasi atlet yang mewakili Merah Putih dalam pesta olahraga terbesar di dunia itu.

Pria yang akrab disapa Okto itu menegaskan bahwa perjalanan seorang atlet untuk lolos kualifikasi Olimpiade bukan perjuangan yang mudah, bahkan mereka harus melalui rangkaian kejuaraan yang panjang hingga dua tahun sebelum Olimpiade dimulai.

“Para atlet yang lolos ke Olimpiade, mereka adalah yang terbaik karena harus melalui proses kualifikasi yang panjang, dua tahun sebelum Olimpiade dimulai. Jadi, jika seorang atlet menempati peringkat ke-10 di Olimpiade, artinya dia termasuk 10 yang terbaik di dunia,” kata Okto dalam keterangan tertulisnya yang diterima pada Jumat.

“Kami ingin masyarakat tidak hanya sekedar melihat warna medali apakah emas atau bukan emas, melainkan bahwa semua atlet yang lolos kualifikasi ke Olimpiade merupakan pahlawan dan pejuang yang datang untuk menjunjung tinggi nama baik Indonesia di kancah dunia,” ujarnya menambahkan.

Baca juga: KOI nilai pandemi COVID-19 mengubah peta persaingan di Olimpiade Tokyo
Baca juga: Boy Pohan bangga wakili Indonesia pimpin laga final tinju Olimpiade


Okto menjelaskan bahwa meski tidak semua meraih medali, tetapi seluruh atlet yang mengikuti Olimpiade Tokyo adalah duta-duta terbaik yang akan memberikan pembelajaran bagi masyarakat Indonesia bahwa Olimpiade bukan hanya tentang menang atau kalah, tetapi Olimpiade adalah panggung terbesar dan paling prestisius di dunia yang tidak bisa disamakan dengan SEA Games dan Asian Games.

Komite Olimpiade Indonesia pada Kamis secara resmi memulangkan para atlet, pelatih, serta ofisial yang tergabung dalam tim Indonesia pascagelaran Olimpiade Tokyo 2020. Mereka telah kembali ke pelatnas dan federasi cabang olahraganya masing-masing.

Para atlet yang dilepas tersebut meliputi rombongan atlet terakhir, termasuk peraih medali di Tokyo, yakni peraih emas Apriyani Rahayu dan Greysia Polii, dan serta perunggu Anthony Sinisuka Ginting, dan Rahmat Erwin Abdullah.

Selain itu, ada pula lifter Nurul Akmal, Alvin Tehupeiory dan Lalu Muhammad Zohri, Praveen Jordan serta Vidya Rafika.

Senada dengan Okto, Rosan P. Roeslani yang sudah mengakhiri tugasnya sebagai Chef de Mission (CdM) tim Indonesia di Olimpiade Tokyo itu mengaku bangga dengan perjuangan para atlet yang mewakili Merah Putih di Olimpiade.

Rosan juga mengungkapkan tugasnya sebagai CdM merupakan suatu pengalaman yang tidak ternilai, dan meskipun banyak tantangan yang harus dilalui, ia menjalaninya dengan penuh suka cita.

“Ini adalah akhir dari amanah yang saya emban dengan penuh rasa sukacita, tentunya ada rasa kebanggaan, bukan hanya saat meraih kita medali. Tetapi ketika kita mengenal lebih dalam dengan para atlet, para patriot olahraga kita, dan kita bisa berbagi pengalaman dan cerita, yang menjadi hal-hal yang tidak akan terlupakan di hidup kita ke depannya,” ucapnya.

Baca juga: ISORI berharap hasil Olimpiade Tokyo jadi batu lompatan prestasi
Baca juga: Atlet Olimpiade pulang ke pelatnas, siap hadapi kualifikasi Paris 2024
Baca juga: NOC Indonesia kawal langsung proses kualifikasi Olimpiade Paris 2024


Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2021