Jakarta (ANTARA) - Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi optimistis bahwa perdagangan Indonesia dan Australia akan menggeliat kembali dalam skema Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership (IA-CEPA) setelah terjadi penurunan nilai perdagangan sebesar 8,8 persen pada 2020 menjadi 7,1 miliar dolar AS akibat pandemi COVID-19.

"Sempat terjadi penurunan 8,8 persen. Namun, angka (perdagangan) kedua negara hanya pada Januari-Juni 2021 sudah meningkat 65 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Jumlah tersebut meningkat cukup signifikan," kata Mendag Lutfi saat menggelar konferensi pers bersama Menteri Perdagangan, Pariwisata, dan Investasi Australia Dan Tehan yang disiarkan virtual, Rabu.

Mendag Lutfi menyampaikan angka tersebut menjadi pertanda baik bagi kedua negara yang mengindikasikan bahwa perdagangan Indonesia-Australia akan kembali menggeliat.

"Ini adalah pertanda baik, kami ingin berbuat lebih banyak untuk meningkatkannya dan mencetak sejarah bersama," ujar Mendag Lutfi.

Medag Lutfi mengakui bahwa pandemi COVID-19 menjadi kendala utama dalam perdagangan kedua negara yang datang bersamaan dengan rampungnya negosiasi IA-CEPA.

Baca juga: RI-Australia perkuat kerja sama pemulihan ekonomi via Program Katalis

Namun Mendag menyampaikan Indonesia dan Australia akan dapat melawannya secara bersama-sama, untuk kemudian kembali berdagang setelah perbatasan kembali dibuka secepatnya.

Sementara itu Menteri Dan Tehan menyampaikan hal serupa, yakni ingin segera meningkatkan kerja sama ekonomi dengan lebih komprehensif, salah satunya di sektor investasi.

"Menurut saya, yang ingin kita lihat adalah pertumbuhan nyata dalam hubungan investasi, investasi Australia ke Indonesia," ujar Dan Tehan.

Menurutnya, terdapat banyak sektor investasi yang potensial di Indonesia, termasuk pendidikan, energi terbarukan, mineral, serta logam tanah jarang.

Hal lain yang dipandang potensial adalah soal pengembangan mobil listrik di Indonesia, di mana Dan Tehan meyakini bahwa Australia dapat turut berkontribusi di dalamnya.

"Kami, sangat yakin bahwa kami dapat menjadi pemasok beberapa bahan utama yang akan membantu Indonesia mengembangkan kendaraan listrik di Indonesia, jadi itu hanya beberapa hal yang menurut saya perlu kita kerjakan," ujar Dan Tehan.

Baca juga: Indonesia raih 2,58 miliar dolar dari proyek ekspor listrik Australia

Baca juga: Investor Australia investasi Rp180 triliun di Kaltara


Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021