Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Komisaris Jenderal Polisi Boy Rafli Amar mengajak masyarakat terus menyerukan narasi-narasi positif di media sosial untuk membangun ketahanan nasional dari bahaya paham radikal, terorisme dan intoleransi.

"Dalam membangun ketahanan nasional, narasi menjadi senjata untuk mengubah mindset, membangun kesiapsiagaan nasional, dan menanamkan islam yang moderat" kata Kepala Boy Rafli usai memimpin rapat bersama jajaran, seperti disampaikan melalui keterangannya di Jakarta, Selasa.

Mantan Kapolda Papua itu berpesan agar narasi-narasi yang dibuat harus fokus mengajak masyarakat tidak anti-terhadap kemanusiaan, tidak menggunakan kekerasan ekstremisme, membajak agama, dan bersikap intoleran.

"Kita ajak masyarakat tidak boleh ada yang antikemanusiaan, jangan menggunakan kekerasan ekstremisme, membajak agama untuk kepentingan tertentu, dan bersikap intoleran," ajak Boy.

Tujuannya, kata Rafli, untuk memastikan demokrasi di Tanah Air bersih dari radikalisasi maupun intoleransi yang berlawanan dengan Pancasila dan UUD 1945.

Lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 1988 itu menambahkan apabila narasi positif yang kuat disebarkan ke media sosial, hal itu diyakini dapat melemahkan propaganda yang dilakukan kelompok anti-Pancasila tanpa perlu menjatuhkan satu butir peluru.

Senada dengan itu, Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT Mayor Jenderal TNI Nisan Setiadi mengatakan bhawa untuk mendukung program penguatan narasi, BNPT melakukan sejumlah program.

Setiadi mengatakan beberapa program kontrapropaganda yang spesifik dalam hal penyebaran narasi-narasi positif berjalan dengan lancar.

Dalam rapat bulanan BNPT tersebut juga dibahas upaya mitigasi maraknya politik identitas menjelang Pemilu 2024. Rencananya pada Januari 2023, BNPT menggandeng KPU menyelenggarakan dialog agar pemilu tidak menjadi ajang permusuhan.

Selain itu, acara tersebut juga bertujuan mengajak seluruh elemen bangsa menghadapi tahun politik dengan tetap mengutamakan persatuan dan kesatuan.

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Didik Kusbiantoro
Copyright © ANTARA 2022