... selalu ada hambatan dan kesulitan, persaudaraan sejati lintas iman bisa kita rajut atas dasar sikap keterbukaan dalam kebenaran dan kasih... "
Magelang, Jawa Tengah (ANTARA News) - Persaudaraan sejati lintas iman bisa berkembang dalam kehidupan umat beragama dan kepercayaan, jika dirajut berdasarkan keterbukaan dalam kebenaran serta kasih, kata Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan (HAK) Keuskupan Agung Semarang, Romo Aloysius Budi Purnomo.

"Kendati selalu ada hambatan dan kesulitan, persaudaraan sejati lintas iman bisa kita rajut atas dasar sikap keterbukaan dalam kebenaran dan kasih," katanya, di Magelang, Sabtu.

Ia mengatakan hal itu terkait dengan pelaksanaan Kongres Persaudaraan Sejati Lintas Iman yang diselenggarakan Keuskupan Agung Semarang, pada 24-26 Oktober 2014, di kompleks Museum Misi Muntilan, Kabupaten Magelang, dengan melibatkan sekitar 800 umat berasal berbagai agama dan kepercayaan di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Ia mengatakan persaudaraan sejati lintas iman menjadi suatu tanda dialog antarumat beagama, yang diperlukan untuk mewujudkan perdamaian di antara umat manusia di masyarakat dan dunia.

Dalam persaudaraan sejati lintas iman, katanya, semua umat beragama dan kepercayaan belajar untuk menerima sesama dan cara hidup, berpikir, dan berbicara yang berbeda-beda.

Ia mengharapkan lahirnya kerelaan setiap orang untuk saling bertukar pengalaman dan pandangan untuk merajut langkah ke masa depan yang ditandai dengan semangat pelayanan bagi terwujudnya keadilan dan perdamaian, kesejahteraan dan kerukunan dalam hidup bersama di tingkat akar rumput.

Ia menyebut kehidupan setiap pemeluk agama dan kepercayaan tidak seorang diri, akan tetapi selalu bersama-sama dengan orang lain.

"Kita hidup dan menghayati iman kita tidak sendirian, melainkan bersama dengan umat beriman dan beragama lain. Karenanya, kita tidak bisa berjalan sendirian. Kita ada bersama dengan yang lain. Keberadaan itu, bukan sekadar ada, melainkan keberadaan yang saling bersaudara," katanya.

Kongres itu menghadirkan para narasumber, yakni Uskup Agung Semarang Monsinyur Johannas Pujasumarta, Pemimpin Pertapaan Bunda Pemersatu Salatiga Martha E. Driscoll, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif, isteri almarhum Presiden K.H. Abdurrahman Wahid, Sinta Nuriyah Wahid, Ketua PW Nahdlatul Ulama Jawa Tengah Abu Hapsin Umar, salah satu pendiri Konferensi Agung Sangha Indonesia yang juga pimpinan Wihara Mendut Biksu Sri Pannyavaro Mahathera.

Selain itu, tokoh Kristen yang juga Direktur Yayasan Institut DIAN/Interfidei Yogyakarta Elga Sarapung, tokoh Hindu I Wayah Sumerta, tokoh Konghucu Ling Ling, dan pemuka Komunitas Sedulur Sikep Kabupaten Pati Gunretno.

Pelaksanaan kongres itu juga bersinergi dengan peringatan Hari Pangan Sedunia 2014 yang diselenggarakan di Lapangan Pasturan Muntilan dan berbagai kegiatan berbasis kesenian serta kebudayaan lintas iman, seperti sholawat remaja Masjid Pule, pemutaran film Justinus Kardinal Darmojuwono, pentas wayang kulit, tarian sufi, wayang potehi, sendratari, dan tarian topeng ireng.

Pewarta: M Hari Atmoko
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014