... presiden sedang mengamati, loch kok diamati, kalau diamati keburu mati. Masak tega banget sich, bertindak dong...
Yogyakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Komisi IV DPR, Siti Hediati atau Mbak Titik, mengatakan, pemerintah tak perlu malu atau gengsi menerima bantuan dari negara lain untuk mengatasi kabut asap yang terjadi di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan.




"Saya tahu pemerintah sudah berbuat sesuatu tapi tidak maksimal. Kalau perlu bantuan, terima bantuan itu karena Singapura punya pesawat, punya alat-alat yang bisa bikin hujan buatan, ya terima aja, masak nunggu rakyat kita mati, baru terima bantuan. Jangan gengsilah untuk menyelamatkan bangsa ini," kata dia, di sela-sela konferensi Global Organization of Parliamentarians Against Corruption (GOPAC) ke-VI, di Yogyakarta, Kamis.




Selama ini hanya ada 25 unit pesawat terbang dan helikopter untuk menanggulangi hampir 2.000 titik asap di kedua pulau besar Indonesia itu. Satu helikopter diketahui hanya mampu menerbangkan sekitar empat ton air untuk diguyur di titik kebakaran. 




Satu titik asap bisa berukuran hingga ratusan dan ribuan hektar dan pada sisi lain hanya ada sekitar 2.000 personel gabungan guna melaksanakan tugas itu. 




Sudah lama pula negara-negara produsen pesawat amfibi yang bisa difungsikan untuk menjadi "bom air" dari udara menawarkan produk-produknya ke Indonesia. 




Jika tidak sedang menjadi pemadam kebakaran terbang, pesawat amfibi itu bisa difungsikan menjadi pesawat terbang transport sipil di kawasan terisolir atau pesisir dan sungai-sungai dan danau di Tanah Air. 




Tentang ini, Menteri Koordinator bidang Politik, Keamanan, dan Hukum, Luhut Pandjaitan, pernah berujar, "Belum ada rencana membeli, kita sudah punya 25 pesawat."




Mbak Titik juga menyayangkan pernyataan Presiden Jokowi yang disampaikan Menteri Sekretaris Kabinet, Pramono Anung, bahwa presiden sedang mengamati masalah kabut asap ini. Sementara korban-korban jiwa terkait langsung atau tidak langsung dari paparan asap kebakaran hutan dan lahan ini sudah berjatuhan, belum lagi dampak di negara-negara tetangga. 




"Katanya presiden sedang mengamati, loch kok diamati, kalau diamati keburu mati. Masak tega banget sich, bertindak dong. Kabut asap ini bisa ditanggulangi secepatnya karena ini pembunuhan secara perlahan-lahan dan ini pembunuhan massal kalau didiamkan saja," kata dia.




Ditambahkan dia, kabut asap yang terjadi sudah masuk dalam tahap bencana nasional, sebab sudah bukan satu-dua orang saja yang akan mati gara-gara ini, tapi sudah ribuan orang yang akan terpengaruh. 




"Mungkin tidak mati sekarang tapi organ-organ tubuhnya pasti akan rusak ke depannya. Itu tolong dipikirkann jangan cuma bilang kami sedang amati. Do something," katanya.




Tentang ini, Menteri Kesehatan, Nila Moeloek, telah menyatakan, pemerintah sudah melakukan antisipasi dan penanggulangan yang tepat; telah menyalurkan lebih dari 20.000 ton perlengkapan kesehatan, di antaranya masker-masker kepada penduduk yang terpapar asap. 




"Coba pak presiden masuk dalam satu ruangan yang di dalamnya ada lima orang sedang merokok; terganggu gak sich, pasti terganggu," kata putri Presiden Soeharto itu. 




"Ini seprovinsi, keluar ruangan, ke kamar mandi, ke pasar, itu penuh dengan asap dan itu sangat terganggu. Jangan kita yang di ibukota tenang-tenang saja. Jangan pemerintah tenang-tenang saja," kata anggota DPR dari Partai Golkar itu. 

Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015