Tolong dijaga anak-anak kita .Kalau ibu melihat ada anak-anak sudah batuk bisa dibawa ke rumah singgah, di sana ada oksigen gratis."
Udara bersih yang diperlukan paru-paru bayi mungil  Ratu Agnesia, tidak pernah bisa dia nikmati. Dia meninggal pada usia 45 hari karena asap begitu buruk di Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

Ratu Agnesia, putri satu-satunya dari pasangan Yesi Marsela (24) dan Suyitno (25) meninggal dunia pada Sabtu (3/10)

"Sebelum meninggal, malamnya dia tidur dengan saya dan kakeknya, kondisinya biasa saja. Jam empat subuh saya antar ke ibunya tiba-tiba langsung napasnya sesak. Saya bilang cepat dibawa ke rumah sakit," ujar Helmi, nenek si bayi.

Ratu  dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit setempat, namun sekitar dua jam di rumah sakit bayi mungil itu menghembuskan nafas terakhirnya.

Tubuh kecil yang sudah tidak bergerak itu akhirnya dibawa pulang untuk dikebumikan di pemakaman umum setempat.

Yesi menangis saat Mensos Khofifah Indar Parawansa memeluk tubuhnya, seraya memberikan kata-kata penyemangat guna menghibur hati ibu muda yang ditinggalkan bayi kecilnya.

Menurut Helmi, sang nenek, setiap sore Yesi selalu ke pemakaman umum tempat bayinya dikuburkan untuk menghidupkan lampu agar menerangi tanah yang masih merah itu.

"Katanya dia tidak tega. Sampai sekarang juga masih menimang-nimang seperti ketika bayinya masih ada," kata sang nenek.

Helmi mengaku bersyukur dengan kedatangan Mensos Khofifah karena menunjukkan adanya perhatian pemerintah kepada mereka yang tengah berduka.

Mensos mengunjungi kediaman Yesi untuk memberikan bantuan santunan kematian kepada para ahli waris korban meninggal akibat kabut asap.

"Ya kita akan berikan bantuan santunan kematian bagi bagi warga yang meninggal karena ISPU yang diambang batas," kata Mensos.

Bantuan santunan yang diberikan sebesar Rp15 juta sebagai bentuk belasungkawa dari pemerintah.

Menurut data yang dikumpulkan Kemensos, hingga saat ini ada lima warga yang meninggal di Kalimantan Tengah, lima di Riau dan empat di Palembang.

Jaga Anak
Menteri Sosial Khofifah meminta para orang tua untuk menjaga anak-anak dari paparan asap kebakaran lahan yang sangat mengganggu kesehatan.

"Tolong dijaga anak-anak kita .Kalau ibu melihat ada anak-anak sudah batuk bisa dibawa ke rumah singgah, di sana ada oksigen gratis," kata Mensos.

Dia juga mengingatkan agar diutamakan kesehatan anak-anak meski pendidikan juga penting. Selama kabut asap, banyak sekolah yang meliburkan murid-muridnya karena sangat mengganggu kesehatan.

Kabut asap yang terjadi tahun ini di Kalimantan Tengah diperkirakan merupakan yang terparah karena standar udara sudah sangat tidak sehat dan berbahaya bagi kesehatan.

Musim kemarau yang diperparah dengan el nino, menjadikan kebakaran lahan tahun ini lama tertangani sehingga warga seperti di Kalimantan Tengah, Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Barat dan sejumlah daerah lainnya semakin lama berkalang asap.

Karena kondisi itu, dipastikan hanya hujan yang bisa mengatasi kabut asap. Musim hujan diperkirakan akan masuk pada pertengahan November mendatang.

Kementerian Sosial telah menyiapkan 7.000 unit pembersih udara yang diprioritaskan bagi korban kabut asap di Provinsi Kalimantan Tengah.

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan alat tersebut diprioritaskan di Kalimantan Tengah karena tingkat ketebalan asap dan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) di daerah tersebut sudah harus diwaspadai supaya tidak membahayakan kesehatan masyarakat.

Oleh Desi Purnamawati
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015