Banda Aceh (ANTARA News) - Sejumlah dekan di IAIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh menolak pengadaan mobil dinas baru karena dinilai terlalu mewah, sementara fasilitas belajar mahasiswa masih sangat minim. Sejumlah dekan kepada wartawan di kampus IAIN Darussalam, Rabu, menyatakan pengadaan mobil dinas baru belum begitu mendesak karena selain mobil lama masih layak pakai, biaya operasionalnya juga terlalu tinggi. "Biaya operasionalnya juga terlalu tinggi, sehingga membebani anggaran IAIN yang seharusnya diutamakan untuk mutu pendidikan," kata Dekan Fakultas Syariah, Drs. Hamid Sarong, SH, M.H. Ia menyatakan mobil dinas yang selama ini dipakainya, yakni Toyota Kijang tahun 1996, masih bagus dan layak dipakai. Hamid Sarong menyatakan, untuk sekarang ini belum layak memakai mobil yang mewah, mengingat kondisi sarana pendidikan di IAIN masih minim dan perlu ditingkatkan. "Saya selaku dosen yang dekat dengan mahasiswa rasanya malu memakai mobil baru tersebut. Justru saya lebih percaya diri memakai mobil dinas yang lama," ujarnya. Mobil yang sudah didatangkan sejak bulan Febuari yang lalu tergolong cukup mewah, yaitu lima unit mobil Toyota Kijang Innova seri E, dua unit Toyota Avanza seri G dan dua unit Toyota Kijang Innova seri G. Akibat penolakan dari para dekan, sekitar lima mobil Kijang Innova itu masih terparkir rapi di halaman Biro Rektorat. Selain itu, sewaktu pengadaan mobil, pihak Birokrat dan Rektor tidak mengadakan kesepakatan dulu dengan para dekan. "Seharusnya ada kesepakatan dulu dengan para dekan, lalu dibawa ke senat dan baru kemudian disahkan, tapi ini tidak," keluh dekan yang lain. Sementara itu, Pembantu Rektor II, Prof. Dr. Iskandar Umar, MA. mengatakan, pihaknya lebih mengutamakan pengadaan mobil dinas, karena mobil yang selama ini beroperasi tidak layak pakai lagi. Ia menambahkan, pihaknya juga telah melakukan musyawarah untuk melakukan pengadaan mobil dinas itu. "Untuk anggaran seperti itu, biasanya kami melakukan musyawarah setahun sebelumnya, mungkin para dekan tidak ingat lagi," ujar Iskandar.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007