Surabaya (ANTARA News) - Anak-anak putus sekolah dan anak jalanan mungkin tidak akan telantar di Kota Surabaya, Jawa Timur, lantaran pemkot ini memiliki "Kampung Anak Negeri", sebuah wadah untuk menampung, mendidik, dan mengarahkan mereka.

Pemkot Surabaya bersama perangkat terkait di daerah terus memperhatikan dan memfasilitasi kebutuhan anak-anak yang mengalami kesejahteraan sosial, termasuk membina mereka melalui pendidikan formal dan informal, kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah UPTD Pondok Sosial Kalijudan, Erni Lutfia, di Surabaya, Jumat.

"Kampung Anak Negeri ini berupa pendidikan formal dan pengembangan bakat dan minat," katanya.

Menurut dia, UPTD Ponsos Kampung Anak Negeri merupakan gabungan dari UPTD Kalijudan sesuai dengan Perwali tahun 2016 dengan status penyandang masalah kesejahteraan sosial.

UPTD tersebut dihuni oleh anak jalanan, keluarga tidak mampu, berlatar belakang broken home serta anak-anak yang mengalami putus sekolah, namun kebanyakan merupakan anak putus sekolah.

Melihat banyaknya anak putus sekolah di asrama tersebut, Erna bersama tim pengajar dan pendamping Kampung Anak Negeri berkoordinasi dengan tim psikologi untuk melihat sejauh mana anak-anak tersebut siap untuk kembali bersekolah.

Sebab, lanjut dia, tim psikolog harus mengetahui seberapa lama mereka mengalami putus sekolah, apakah jangka waktunya pendek atau panjang.

"Jika jangka waktu putus sekolah pendek maka mereka akan disuruh kembali bersekolah, sedangkan jika jangka waktunya panjang maka anak-anak tersebut akan diberi pembinaan edukasi yang dilaksanakan setiap Senin-Jumat mulai pukul 08.00 sampai 11.00," ujar Erna.

Hingga saat ini dari 35 anak yang tinggal di UPTD Kampung Anak Negeri, terdapat 13 anak yang mau kembali menempuh jenjang pendidikan formal, empat di antaranya merupakan anak-anak inklusi.

"Inilah tujuan utama kami, mengembalikan mereka ke sekolah supaya mampu mengubah hidupnya ke arah yang lebih baik, karena orang hidup itu harus punya bekal yakni pendidikan. Saya percaya pendidikan mampu mengubah nasib orang," kata Erna.

Selain pendidikan formal, kata dia, tim pengajar dan pendamping turut menyisipkan beberapa kegiatan rutin dalam upaya mengembangkan bakat dan minat Anak Kampung Negeri seperti olahraga dan seni yang meliputi seni musik, seni lukis, atletik, balap sepeda, dan tinju.

Ia mengatakan upaya pendampingan bakat dan minat pada ranah olahraga berbuah manis karena mereka mampu menorehkan prestasi yang sangat membanggakan bagi kota Surabaya.

Prestasi tersebut diraih oleh beberapa anak di antaranya Syafii (16) dari cabang tinju kelas 55 kg yang keluar sebagai juara 1 tingkat Jatim 2016. Kemudian Hendra (17) dari cabang balap sepeda yang sebagai juara 2 tingkat nasional pada tahun 2015 dan terakhir Rajes (17) dari cabang pencak silat sebagai juara 1 kelas bebas pada tahun 2017.

Sementara itu, untuk kegiatan wirausaha ditampilkan produk-produk salah satunya pembuatan gelang dan PIN.

Tenaga pendamping dan pengajar wirausaha UPTD Ponsos Kampung Anak Negeri, Hendik, menuturkan bahwa kegiatan wirausaha dibuat untuk mengajarkan anak-anak mencari uang lebih mandiri, mulai dari cara pembelian bahan di pasar, proses membuat, cara memarketing dan cara menjual ke konsumen.

"Biar anak-anak itu belajar dari proses, karena selama ini mereka selalu menerima sesuatu dengan cara instan," katanya.

Produk gelang dan PIN dijual di kebun bibit setiap Sabtu dan Minggu dengan harga Rp5 ribu. Nantinya, hasil uang yang mereka dapat akan dimasukkan ke dalam kas Kampung Anak Negeri guna mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017