Setiap jam kami menerima pasien. Kami bekerja di sini 24 jam."
London (ANTARA News) - Epidemi kolera yang mewabah di Yaman melonjak tak terkendali, dan rata-rata setiap menit ada satu anak terjangkit kolera, demikian laporan lembaga swadaya masyarakat (LSM) Save the Children, Rabu.

"Ribuan orang dikhawatirkan tewas dalam beberapa bulan mendatang dan diperkirakan 300.000 kasus akan terjadi," catat Save the Children, layaknya dikutip Thomson Reuters Foundation.

LSM itu juga mencatat tingkat penularan telah meningkat tiga kali lipat dalam dua minggu belakangan.

Dua tahun dilanda perang sipil, rakyat Yaman dalam kondisi kelaparan dan kekurangan air bersih yang memicu kian parahnya penyebaran kolera, sebuah penyakit diare yang dapat membunuh dalam hitungan jam.

Sistem kesehatan negara itu terguncang dan rumah sakit kewalahan karena cepat kehabisan obat-obatan serta cairan intravena.

Dana Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) urusan Anak-anak (UNICEF) mengatakan lebih dari 920 orang tewas karena penyakit ini sejak akhir April dan lebih dari 124.000 kasus tercatat, dan hampir setengah dari mereka adalah anak-anak.

Grant Pritchard, perwakilan Save the Children di Yaman, meminta peningkatan dana darurat untuk mengatasi masalah wabah tersebut.

"Sudah saatnya dunia mengambil tindakan sebelum ribuan anak laki-laki dan perempuan Yaman binasa dari penyakit yang sepenuhnya dapat dicegah," katanya.

Ia menimpali, "Wabah penyakit, kelaparan dan kondisi perang telah menyebabkan terpaan bencana yang sempurna bagi rakyat Yaman. Negara termiskin di kawasan ini tengah di ambang kehancuran total, dan anak-anak sekarat karena mereka tidak dapat mendapatkan layanan kesehatan dasar."

Perang saudara di Yaman, mempertarungakan kelompok Houthi yang bersekutu dengan Iran melawan pasukan gabungan Arab yang didukung Barat pimpinan Arab Saudi, mengakibatkan 19 juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan dengan banyak di antara mereka tengah di ambang kelaparan.

Lebih dari dua juta anak di Yaman juga kekurangan gizi, sehingga mereka sangat rentan terhadap kolera karena sistem kekebalan tubuh mereka melemah, kurang mampu melawan penyakit, catat Save the Children.

Pritchard mengatakan terbatasnya bantuan dan pasokan medis ke Yaman, termasuk penundaan akses di Pelabuhan Hodeidah dan penutupan Bandara Sanaa, menambah kesulitan dalam menghentikan epidemi.

Transportasi yang tidak terjangkau juga menyulitkan warga untuk mendapat perawatan.

Seorang pria mengatakan kepada badan bantuan bahwa dia terpaksa untuk mencari bantuan untuk anak-anaknya di ibukota Sanaa, lebih dari 200 kilometer jarak dari rumahnya, karena rumah sakit setempat sudah penuh. Perjalanan itu telah menelan biaya sebesar 35.000 rial Yaman (140 dolar AS).

Sementara itu, seorang perawat di sebuah satuan penanganan kolera Sanaa mengatakan, suatu hari mereka harus menerima lebih dari 550 kasus.

"Setiap jam kami menerima pasien. Kami bekerja di sini 24 jam. Pasien datang dari semua provinsi di seluruh negeri. Saya telah menemukan banyak cerita sedih," kata perawat tersebut.

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017