Salah satu alasannya, menurut Fahri karena istrinya memiliki hubungan dengan kota tersebut.
"Kalau perjalanan saya ke Tidore ini bukan sekedar berkunjung, tetapi dengan alasan libur bersama keluarga sekalian bertemu dengan Sultan Tidore," katanya saat dihubungi, Kamis.
Menurut dia, ini merupakan kunjungan ketiga kalinya di Kota Tidore, kota kawasan sejarah yang terdiri dari Bacan, Jailolo, Tidore dan Ternate.
"Kota Tidore ini sebetulnya dipaket secara khusus dan juga membentuk kawasan khusus, terutama otonomi khusus dan saya kira wacana itu masuk harus diperjuangkan," kata politisi asal PKS tersebut.
Ia menilai Kota Tidore mempunyai kekayaan sejarah yang seharusnya menjadi tujuan utama destininasi turis lokal maupun mancanegara, karena selain keindahan alam, Tidore menunjukkan budaya yang masih kuat dan tradisi yang dijaga masyarakat.
Fahri bersama keluarga mengaku kunjungannya ke Tidore untuk menambah pemahaman mereka tentang Indonesia.
"Seperti daerah saya di Nusa Tenggara Barat (NTB) yang sudah sering kunjungi, Bali, Sulawesi, Kalimantan, Jawa Tengah, Jawa Timur itu dengan membawa anak-anak saya supaya mengenal Indonesia yang lebih luas," ujarnya.
dalam kunjungannya pada 30 Juli, Fahri dan keluarga menyempatkan diri melaksanakan shalat di mesjid Kesultanan, kemudian makan malam di rumah makan Safira dan menginap di Soasio Tidore.
Keesokan harinya, mereka berkunjung ke Benteng Tore dan Benteng Tahula.
Setelah itu, Fahri bersama keluarga pergi ke Kelurahan Gurabunga dan rumah adat sowohi, bermain bambu gila dari Sanggar Gogo Gurabgunga, ke Lada Ake, Ngosi.
Mereka melanjutkan liburan dengan mancing di Tanjung Soasio, ke makam Sultan Nuku, ke Rumah Ijo, dan ke jembatan Kesultanan. Kemudian mereka makan siang dengan Sultan di Kadaton Kesultanan.
Pewarta: Abdul Fatah
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2017
