Vientiane (ANTARA News) - Satu mayat telah ditemukan dan tiga korban cedera parah akhirnya meninggal dunia, sehingga jumlah korban jiwa akibat bendungan jebol di Laos menjadi 34 orang, kata seorang pejabat Laos pada Minggu (5/8).

Ounla Xayasith, Wakil Gubernur Provinsi Attapeu, mengatakan dalam satu konferensi pers di Kabupaten Sanamxay di provinsi tersebut, tempat peristiwa itu terjadi yang memicu banjir bandang --yang melanda desa di hilir Sungai Xe Pian, bahwa pemerintah masih berusaha menemukan sebanyak 100 orang lagi yang masih belum ditemukan.

Phalom Linthong, Wakil Direktur Jenderal Departemen Politik Umum (GPD), Tentara Rakyat Laos, mengatakan mayat yang ditemukan adalah bayi perempuan yang berusia tiga bulan.

Ia menjelaskan bahwa seorang anggota tim pertolongan Singapura, yang baru bergabung, cedera selama operasi pertolongan, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin pagi. Ia menambahkan lumpur dan kurangnya peralatan masih menghalangi upaya pertolongan.

Onphiew Phothilath, Direktur Departemen Kesehatan Provinsi Attapeu, mengatakan mereka telah memberikan layanan medis untuk sebanyak 4.000 orang sampai Sabtu dan tiga di antara mereka, walaupun menjalani operasi, meninggal karena mereka menderita luka sangat parah.

Vithanga Phommachanh, Direktur Departemen Pertambangan dan Energi di Provinsi tersebut, mengatakan kepada media selama pernyataannya bahwa dari 13 desa yang terpengaruh banjir, sistem pasokan listrik di lima desa telah hancur total.

Mereka telah memusatkan perhatian antara lain pada pasokan listrik di tempat penampungan dan rumah sakit, setelah peristiwa itu dan sejauh ini mereka telah menyelesaikan pekerjaan untuk memperbaiki pasokan listrik di empat desa.

Satu bendungan pelana pembangkit tenaga listrik tenaga air Xe Pian-Xe Nam Noy, yang sedang dibangun dan didanai oleh perusahaan Korea Selatan, Thailand serta Laos, ambruk pada 23 Juli, sehingga melepaskan sangat banyak air ke sebanyak 13 desa di Kabupaten Sanamxay.

Penerjemah: Chaidar Abdullah

Pewarta: antara
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2018