Malang (ANTARA News) - Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta mendominasi medali pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 2018, mematahkan dominasi Universitas Brawijaya yang sebelumnya telah menjadi juara umum enam kali.

Tim Pimnas 2018 Universitas Brawijaya (UB) Malang yang menjadi runner up setelah gelar juara umumnya direbut UGM, tiba di kampus dan diterima Rektor UB Prof Dr Nuhfil Hanani bersama jajaran Wakil Rektor (WR) dan beberapa dekan kampus itu, Senin. 

 Di ajang Pimnas ke-31 yang diselenggarakan di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) pada 28 Agustus hingga 2 September 2018 itu, UB yang menurunkan 25 tim itu meraih 21 medali, yakni empat emas, delapan perak dan sembilan perunggu.   

Sedangkan UGM meski hanya mengantongi 18 medali, namun tujuh di antaranya adalah emas.

Rektor UB Prof Nuhfil Hanani mengapresiasi  prestasi mahasiswanya yang berjuang di ajang Pimnas dan membawa gelar runner up. "Meski tidak menjadi juara umum dan gelar juara umum enam kali itu harus lepas pada tahun ini, saya tidak kecewa, masih banyak kesempatan untuk mendulang prestasi di ajang yang lain," katanya.

 Nuhfil mengatakan mungkin Tuhan berkehendak lain dan itu pasti ada hikmahnya. "Kita tidak perlu meratapi kekalahan, dalam setiap kompetisi pasti ada menang dan ada kalah, kebetulan tahun ini kita belum bisa mempartahankan kembali gelar juara umum Pimnas," ucapnya.

Tidak perlu berkecil hati, ujarnya, karena berdasarkan ranking perguruan tinggi peraih medali internasional di Indonesia, UB menempati posisi ketiga setelah UI dan ITB.

Sementara itu, Wakil Rektor III UB Malang Prof Arief Prajitno dalam sambutan penyerahan tim Pimnas setelah berjuang di Yogyakarta menyampaikan permohonan maafnya karena tidak bisa mempertahankan torehan prestasi tertinggi sebagai juara umum Pimnas 2018.

 "Jujur saja kami kecewa dengan gagalnya kami mempertahankan gelar juara umum. Kalau kami melihat ada sistem penilaian yang berubah, namun tidak disampaikan kepada kami, bahkan kami mendengar ada kasak-kusuk `asal jangan UB` yang menang Pimnas 2018, ini yang membuat kami jadi bertanya-tanya," tuturnya.

 Seharusnya, kata Arief, jika ada perubahan sistem penilaian dimusyawarahkan dengan wakil rektor III, faktanya, tidak ada rapat apapun, katanya. Ketika pembahasan sistem penilaian hanya dihadiri oleh Ketua dan Sekretaris Dewan juri.

 "Saya nilai ini ada keanehan. Namun demikian, apapun hasilnya sekarang, tahun depan harus kami rebut kembali gelar juara umum Pimnas," katanya. 

Baca juga: Menristekdikti berharap karya ilmiah mahasiswa masuk industri
Baca juga: Universitas Brawijaya juara umum Pimnas ke-28

 

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018