Jakarta (ANTARA News) - Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) memamerkan tenun dan batik karya mustahik zakat dari Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Tuban, Jawa Timur pada acara Eco Fashion Week Indonesia (EFWI) yang diselenggarakan di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta.

Keikutsertaan Baznas dalam acara tersebut karena Baznas menyelenggarakan program pengembangan komunitas dengan mendistribusikan dana zakat kepada fakir miskin melalui berbagai program pemberdayaan.

"Penyaluran dana zakat tidak hanya secara materi tapi pemberdayaan masyarakat," kata Kepala Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Mustahik (LPEM) Baznas Ajat Sudrajat, dalam konferensi pers, Jumat (30/11).

Ajat menjelaskan bahwa program ini membantu masyarakat miskin dari aspek permodalan, desain produk, dan pemasaran.

"(Baznas membantu dari) aspek permodalan, aspek desain, aspek pemasaran," katanya.

Ia menjelaskan bahwa salah satu target program ini adalah para mustahik zakat yang berada di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur dan Tuban, Jawa Timur yang diberikan pendampingan dalam usaha pembuatan kain tenun dan batik.

Karya tenun dan batik ini akan turut dipamerkan pada acara pameran Eco Fashion Week di Jakarta pada 30 November hingga 2 Desember 2018.

Program pemberdayaan dari Baznas ini mendapatkan apresiasi dari pengusaha Dewi Motik Pramono yang turut berpesan kepada para perajin untuk mau bekerja keras memasarkan hasil karyanya dan tidak takut ditolak oleh calon pembeli.

"Jangan putus asa, datangi 10 perusahaan, saya selalu mengatakan baru (ditolak) satu perusahaan," kata Dewi Motik.

Dewi juga meminta para perajin untuk mau menerima masukan jika ada pihak lain yang mengkritik hasil karya mereka.

"Jangan marah kalau dikritik," katanya.

Sementara Komisioner Baznas, Nana Mintarti menyatakan bahwa selain memberdayakan masyarakat, program ini juga memiliki tujuan untuk memberikan kesadaran pada industri fesyen agar mengurangi limbah.

"Karena industri fesyen memberikan limbah terbesar kedua di dunia," kata Nana.

Dalam melakukan pemberdayaan produk fesyen tersebut, Baznas turut mendukung upaya perlindungan alam sesuai konsep Zakat on SDGs (Sustainable Development Goals).

Selama beberapa bulan, pihaknya melakukan pembinaan perajin tenun dengan melatih mereka menggunakan pewarna alam yang ramah lingkungan, benang khusus, dan tema khusus sesuai permintaan konsumen yang sedikit dimodifikasi lebih trendi.

"Produk-produknya menggunakan pewarna alam dan fesyen berbasis alam atau ecofashion," katanya.

Eco Fashion Week Indonesia sendiri merupakan gerakan fesyen pertama dan terbesar di Indonesia yang diselenggarakan pertama kali pada 2018 ini dan didirikan oleh tiga orang founder yakni Merdi Sihombing, Myra Suraryo, dan Rita M. Darwis.

EFWI diharapkan menjadi batu loncatan dari perjalanan panjang yang perlu dilakukan oleh Indonesia dalam menerapkan konsep slow fashion, yang tak hanya ramah terhadap bumi tercinta kita, tetapi juga akan tetap melestarikan warisan budaya pembuatan tekstil di Indonesia yang tidak ada duanya di dunia.

Baca juga: Eco Fashion Week promosikan mode ramah lingkungan

Baca juga: Eco Fashion Week Indonesia akan digelar pertama kali

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2018