Semua persoalan bisa diselesaikan dengan rumusan Al Qur`an yang bahasanya menggunakan bahasa sastra
Situbondo (ANTARA News) - Pengasuh Ponpes Salafiyah Syafi`iyah Sukorejo, KHR Ahmad Azaim Ibrahimy mengemukakan kini ada kecenderungan bahasa sastra diseret-seret untuk kerusuhan.

Padahal, tambahnya pada pembukaan Muktamar Sastra Nusantara 2018 di Ponpes Sukorejo, Situbondo, Rabu, sastra seharusnya menjadi bagian dari pemecahan masalah.

"Semua persoalan bisa diselesaikan dengan rumusan Al Qur`an yang bahasanya menggunakan bahasa sastra," ujar kiai yang dikenal sebagai sastrawan itu.

Lulusan Pascasarjana Universitas Ibrahimy itu mengemukakan kita sebagai generasi jabal nur atau yang tercerahkan, lewat muktamar ini ingin berbuat sesuatu yang mampu membawa keadaan lebih baik.

"Semoga muktamar ini menjadi titik bak dari bismillah, untuk melakukan langkah-langkah di kemudian hari. Kami sadar, kami bagai titik kecil dalam basmalah. Titik ini harus menjadi Alif, bak, tak, tsak dan seterusnya. Muktamar Sastra ini harus dilanjutkan kelak. Juga oleh kementerian yang tujuannya untuk bangsa ini," jelasnya.

Muktamar yang digagas Kiai Azaim dan didukung oleh LTNU Jatim dan TV9 Nusantara ini digelar dengan menghadirkan sejumlah sastrawan dari berbagai wilayah di Indonesia.

Sejumlah sastrawan besar yang akan mengisi kegiatan itu antara lain, KH Mustofa Bisri atau Gus Mus, D Zawawi Imron , Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun, Sosiawan Leak.

Sejumlah akdemikus sastra juga dihadirkan, seperti Prof Dr Abdul Hadi WM, Maman S Mahayana, Prof Dr Setyo Yuwono Dudukan, Dr Tengsoe Tjahyono, Dr Sutejo dan lainnya.

Baca juga: Karya sastra mampu meredam kekerasan

Baca juga: Menteri Agama bicara kebutuhan mengasah rasa di muktamar sastra
 

Pewarta: Masuki M Astro
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018