Sidoarjo (ANTARA News) - Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) akan mendampingi para pengusaha dan warga korban lumpur dari proyek PT Lapindo Brantas Inc. yang belum mendapat ganti rugi uang muka 20 persen ke PT Minarak Lapindo Jaya (MLJ), agar aksi demo memblokir akses jalan ke pembangunan tanggul dan semburan lumpur bisa segera teratasi. Menurut Humas BPLS, Achmad Zulkarnaen, di Sidoarjo, Rabu, meski aksi blokir itu belum terlalu banyak berdampak bagi kondisi luapan lumpur, namun aksi demo itu mengakibatkan seluruh aktivitas pembuatan dan penguatan tanggul, baik di Desa Ketapang dan di sekitar pusat semburan terhenti. "Kami akan memfasilitasi dan mendampingi pengusaha dan warga korban lumpur ke MLJ agar segera mendapat ganti rugi," kata Zulkarnaen, yang akrab disapa Izul itu. Ratusan orang gabungan dari warga korban lumpur Kedungbendo dan Desa Siring serta karyawan dari 11 perusahaan yang belum menerima uang muka 20 persen ganti rugi, Rabu, melakukan aksi demo dengan memblokir akses jalan ke pembangunan tanggul di Desa Ketapang dan menuju lokasi pusat semburan. Mereka mendesak PT Lapindo Brantas Inc. dan MLJ untuk segera menyelesaikan pembayaran uang muka ganti rugi itu. Bahkan, mereka memberi batas waktu H-7 Lebaran. Jika tidak, maka mereka akan melakukan aksi demo yang lebih besar dan menutup Jalan Raya Porong. Akibat dari aksi demo ini, selain menyebabkan terhentinya proyek pembuatan dan penguatan tanggul, juga arus lalu lintas Jalan Raya Porong jalur Surabaya-Malang-Pasuruan mengalami kemacetan hingga lebih dari satu kilometer. "Kami khawatir tanggul penahan lumpur akan jebol, bila dalam 24 jam tidak ada penguatan atau penambahan tanah, khususnya di sekitar tanggul utama semburan lumpur," kata Izul. Menurut dia, dengan ditutupnya dua akses masuk penanggulan lumpur di Desa Ketapang dan Siring, pihaknya untuk sementara mengalihkan truk sirtu penahan lumpur melewati tol Gempolsari. Ia mengatakan, dialihkannya ke tol Gempolsari agar aktivitas kedatangan truk pengangkut sirtu tidak boleh terhenti. "Kalau berhenti bisa terjadi apa-apa, karena tanggul penahan lumpur masih membutuhkan sirtu untuk penguatan dan perbaikan," katanya. Tanggul cincin yang mengelilingi pusat semburan saat ini, ketinggian lumpur hampir mengejar ketinggian tanggul. Selain itu, ada tanggul yang tergolong kritis dan tanggul baru yang masih membutuhkan sirtu untuk perbaikan dan penguatan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007