Kudus (ANTARA News) - Sebanyak dua pelajar Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, berhasil meraih medali perunggu dan penghargaan khusus pada ajang Thailand Inventors Day dan Bangkok International Intellectual Property Invention, Innovation and Technology Exposition (IPITEx 2019) di Thailand, yang digelar pada 2-6 Februari 2019. 

"Kami sangat bersyukur dua siswa MAN 1 Kudus yang mengikuti perlombaan di Thailand berhasil meraih penghargaan lewat temuan alat untuk memonitor suhu, getaran dan gas karbon monoksida sebagai peringatan dini bencana gunung meletus berbasis layanan pesan singkat (SMS)," kata Kepala MAN 1 Kudus Suhamto di Kudus, Selasa.

Prestasi di bidang robotik, kata dia, merupakan yang pertama, termasuk penghargaan saat mengikuti ajang perlombaan di Thailand yang berhasil meraih perunggu dan penghargaan khusus dari World Invention Intellectual Property Association (WIIPA).

Ia berharap alat tersebut kelak berguna karena di Tanah Air banyak terdapat gunung berapi.

Menurut dia, alat pedeteksi gunung berapi tersebut perlu pengembangan lagi agar lebih mudah diaplikasikan.

Sebelum berangkat ke Thailand, kata dia, kedua siswa MAN 1 Kudus tersebut juga menyabet juara 1 tingkat nasional 2018 pada ajang perlombaan yang diselenggarakan Kementerian Agama di Depok Square Town pada 3-4 November 2018 lewat temuan alat yang diberi nama Robot Mosugemo (Monitoring suhu, getaran dan karbon monoksida) tersebut. 

Kedua pelajar pembuat robot mosugemo tersebut, yakni Azzalira Alayya Zahwa dan Alfi Fatimatuz Zahro siswa kelas X MIPA dengan guru pembimbing Arif Noor Adiyanto dan Ahmad Edi Darmawan.

Arif Noor Adiyanto menambahkan bahwa untuk mengikuti perlombaan di Thailand, memang dipersiapkan secara matang.

"Termasuk alat peraga yang sebelumnya belum dilengkapi alat pemanas, saat dibawa ke Thailand sudah dilengkapi, termasuk alat getar sebagai penanda adanya peningkatan suhu, getaran, dan peningkatan kadar gas karbon monoksida," ujarnya.

Bahkan, lanjut dia, pada alat peraga gunung yang disiapkan juga disiapkan tabung reaksi gas CO, namun saat peragaan oleh dewan juri diminta untuk tidak diperagakan karena alasan keamanan.

Cara kerja robot tersebut, menggunakan alat sensor, yakni dengan mendeteksi adanya peningkatan suhu, getaran, dan peningkatan kadar gas karbon monoksida.

Selanjutnya, kata dia, robot tersebut akan mengirimkan peringatan melalui SMS ke nomor telepon yang sudah ditentukan.

Peringatan dini yang diberikan lewat SMS, yakni waspada gas CO meningkat, waspada suhu meningkat, dan waspada ada getaran.

Ia berharap robot Mosugemo tersebut bisa bermanfaat bagi masyarakat luas, terutama dalam rangka mengurangi risiko bencana.

"Awalnya ide yang dimiliki untuk mendeteksi getaran saja, kemudian dikembangkan oleh guru pembimbing untuk indikator suhu dan gas CO," ujarnya.

Baca juga: Robot dome UMM akan wakili Indonesia di AS
Baca juga: Kemristekdikti : Kemampuan pemograman wajib dimiliki mahasiswa
Baca juga: "WowWi" robot buatan siswa madrasah yang juara di Amerika Serikat

 

Pewarta: Akhmad Nazaruddin
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2019