Ankara (ANTARA) - Wakil Presiden Turki Fuat Oktay pada Senin mendesak dunia agar menghentikan penggunaan "bahasa yang provokatif setelah serangan teroris pada Jumat di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru.

"Kita harus mulai memakai bahasa yang berbeda. Seluruh dunia harus berhenti menggunakan bahasa-bahasa provokatif," kata Oktay kepada wartawan bersama Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu.

Oktay dan Cavusoglu mengunjungi Christchurch untuk menekankan tekad bersama Turki melawan islamofobia dan kebencian kepada warga negara asing guna menyoroti solidaritas negeri tersebut untuk Selandia Baru di tengah serangan teror.

Sedikitnya 50 orang meninggal ketika seorang teroris melepaskan tembakan ke arah orang-orang yang sedang Shalat Jumat di Masjid An-Nur dan Linwood di Christchurch.

Okray mengatakan teror dan teroris "tidak mengenal agama, tak mengenal ras, tak mengenal tempat".

Sementara itu, Cavusoglu mengatakan satu pertemuan darurat Dewan Menteri Luar Negeri Organisasi Kerja Sama Islam (OIC) akan diselenggarakan pada Jumat, setelah serangan teroris di Selandia Baru.

"Di sini (selama pertemuan tersebut), kami akan membentuk satu komisi untuk menindaklanjuti keputusan yang telah kami ambil sekarang. Kami akan menggunakan ini sebagai semua landasan, termasuk PBB. Kami takkan membiarkan ini berlalu," katanya.

Cavusoglu menambahkan bahwa umat Muslim di Selandia Baru dan di dunia "sangat tidak nyaman" dengan islamofobia dan rasisme --yang terus menyebar.

Oktay dan Cavusoglu mengunjungi para korban yang cedera, termasuk tiga warga negara Turki, di rumah sakit.


Sumber: Anadolu

Baca juga: Facebook hapus 1,5 juta video penyerangan masjid Selandia Baru
Baca juga: Indonesia kecam pernyataan senator Australia soal teror Selandia Baru

Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2019