Jakarta (ANTARA) - Wanita merupakan bagian dari tulang punggung perekonomian Indonesia, seperti terlihat dari data Bank Indonesia bahwa perempuan pengusaha menyumbang 9,1 persen dari Produk Domestik Bruto negara ini pada 2017 lalu.

Berbicara mengenai wanita pengusaha, penyedia solusi bisnis online Sirclo berbagi kisah sukses tiga wanita pengusaha --yang juga pelaku bisnis online mitranya-- bertepatan dengan perayaan Hari Kartini pada 21 April 2019 yang lalu.

Tiga sosok Kartini modern ini diharapkan bisa menjadi panutan bagi calon wirausahawan wanita lainnya di kemudian hari, kata Sirclo dalam pernyataan persnya, Kamis.

Dinda Dwi Wahyuni, pemilik Pulchra Gallery

Kisah wirausaha Dinda Dwi Wahyuni bermula dari keputusannya untuk berhenti bekerja penuh waktu agar bisa mengurus dan mendampingi anak pertamanya yang pada saat itu berusia 6 bulan. Keputusannya itu mendapatkan dukungan dari suami untuk ikut membantu ekonomi keluarganya dengan mendirikan Pulchra Gallery pada akhir tahun 2013.

"Saya memilih jenis usaha ini karena saya memiliki ketertarikan di dunia fashion. Meski skill desain apalagi menjahit sangat minim, tapi saya mencoba terus belajar," jelas Dinda.

Berawal dari kegiatannya menjual produk fesyen yang dibeli secara grosir di Pasar Tanah Abang, ia berhasil membangun Pulchra Gallery sebagai salah satu brand modest wear dengan jumlah pelanggan yang terus meningkat.
 
Dinda Dwi Wahyuni, pemilik brand fesyen Pulchra Gallery. (ANTARA News/Sirclo)


Bukan tanpa hambatan, dalam tiga tahun pertama merintis Pulchra Gallery, Dinda mengalami kerugian puluhan juta rupiah karena kegagalan produksi, sebelum kemudian ia bangkit lagi seperti sekarang.

"Semua orang yang terlibat dalam usaha ini tidak butuh sedih dan air mata saya. Mereka ingin dan butuh saya kembali bangkit dengan cepat dan dua kali lebih kuat," katanya.

Menurut Dinda, ada tiga langkah yang perlu diambil dalam membangun bisnis. Pertama, rintislah bisnis pada bidang yang familier, agar proses dan lelahnya dalam merintis usaha tersebut dapat dinikmati.

Kedua, buatlah pencatatan keuangan yang memadai. Hal ini nantinya dapat dijadikan sumber data yang berguna dalam pengambilan keputusan bisnis dan bermanfaat pula dalam mengetahui grafik pertumbuhan secara nyata.

Ketiga, buatlah sistem manajemen yang baik. Dengan sistem delegasi dan pemetaan yang baik, maka pekerjaan menjadi fokus dan bisnis bisa dilakukan dengan lebih mudah.

Mutiara Kamila Athiyya, pemilik Thenblank

Jiwa entrepreneur sudah dimiliki Mutiara Kamila Athiyya sejak dirinya masih di sekolah dasar. Berawal dari berjualan mainan saat SD, Mutiara remaja kemudian merintis sebuah lini pakaian line sendiri.

Thenblank kemudian lahir menawarkan tiga nilai penting untuk perempuan Indonesia: easy design, easy to get, and easy to wear.

"Kendala yang paling dirasakan adalah di saat harus membagi waktu sekolah dan bisnis, terlebih ketika sudah masuk ke perguruan tinggi," jelas Mutiara yang teringat dengan rutinitasnya singgah dari pasar ke pasar naik kendaraan umum untuk mencari kain di sela kesibukan kuliah.
 
Mutiara Kamila Athiyya, pemilik Thenblank. (ANTARA News/Sirclo)


Mutiara pun pernah mengalami sejumlah persoalan bisnis, mulai dari pengalaman ditipu oleh pelanggan, hingga kesalahan produksi yang mengakibatkan ribuan produk yang tidak bisa dijual. Namun, berkat kegigihannya, Thenblank terus eksis dan menjual lebih dari 7.000 produk setiap bulannya.

Perjuangannya juga membawanya mendapatkan penghargaan Business of the Year UI 2016 dari Direktorat Inovasi dan Inkubasi Bisnis UI.

"Jangan pernah berhenti berinovasi. Inovasi adalah kunci berkembangnya suatu bisnis. Be the one smarter, faster, and better. Bisnis yang baik bukan dilihat sekadar dari valuasinya saja, tapi juga dari nilai lain yang tidak bisa diukur oleh angka, yaitu berdasarkan manfaat yang ditawarkan untuk masyarakat dan lingkungan sekitar," demikian Mutiara memberikan sedikit kiat.

Regina Rafika, pemilik ATS The Label

Nama ATS The Label sudah semakin banyak dikenal. Fashion line dengan konsep minimalis elegan ini sangat mudah untuk dikombinasikan, sehingga membuat pelanggannya jatuh cinta. Di balik kesuksesan ATS The Label, ada tangan dingin seorang Regina Rafika yang mengambil peran.

Sedari duduk di bangku SMA, Regina sudah mencoba berjualan. Akan tetapi, di masa tersebut dirinya baru memulai dengan barang-barang vintage. Begitu masuk bangku kuliah, Regina memutuskan untuk terjun dan mengikuti kata hatinya dengan menempuh bidang fashion design di Instituto di Moda Burgo Indonesia.

Dari sinilah, Regina mulai terpikir untuk membuat merek yang bisa memadukan fesyen yang sedang tren dengan sentuhan gayanya sendiri.

"Sejak awal launch, ATS sudah berbasis online; melalui mulut ke mulut, yang kemudian lanjut ke media sosial seperti Friendster, Facebook, dan Twitter untuk berjualan, dan sampai saat ini menggunakan webstore dan kanal marketplace," ujar Regina.
 
Regina Rafika, pemilik ATS The Label. (ANTARA News/Sirclo)


Ia mengaku bahwa dirinya sempat kewalahan dengan banyaknya pertanyaan maupun permintaan dari peminat dan pelanggan lewat WhatsApp dan LINE.

Berawal dari kewalahan itu, ATS The Label kemudian mengarahkan pelanggan untuk mengacu pada webstore yang dibuat di SIRCLO, di mana semua informasi yang mereka butuhkan sudah tertera dengan jelas dan lengkap.

"Lama-lama, pelanggan bisa ‘menerima’ dan menggunakan platform online selling secara efektif, sehingga ATS The Label dapat menempatkan fokus pada desain yang semakin inovatif, juga ekspansi lini produk,” jelas Regina.

Dengan rancangan ATS yang unik dan diminati oleh segmen pasar yang luas, terdapat banyak merek fesyen yang ingin meniru desain koleksi ATS The Label. Regina pun tidak banyak ambil pusing.

"Yang jelas, saat ini hanya saya yang merancang pakaian yang diproduksi oleh ATS The Label, sehingga keunikan desain tetap terjaga, sesuai dengan karakter brand-nya," katanya.

Kepada sesama wanita di Indonesia yang mungkin tertarik berbisnis, Regina berpesan agar memulainya dari yang kecil-kecil dan jangan langsung mengeluarkan modal besar.

"Bukan untuk main aman, tapi kamu harus bisa meningkatkan potensi produk kamu di pasar dan juga mengasah kemampuan untuk berjualan, baik online maupun offline," demikian Regina.

Baca juga: Itang Yunasz ajak wanita Indonesia bermitra buka gerai fesyen

Baca juga: Rok mini jadi tren lagi

 

Pewarta: Suryanto
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2019